MAKNA SIMBOLIS TRADISI “LEMPAR AYAM” DI GUNUNG PEGAT LAMONGAN DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fuadah, Afhimatul (2016) MAKNA SIMBOLIS TRADISI “LEMPAR AYAM” DI GUNUNG PEGAT LAMONGAN DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (812kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (172kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Isi.pdf

Download (173kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (369kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 2.pdf

Download (239kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 3.pdf

Download (237kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 4.pdf

Download (226kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 5.pdf

Download (204kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (198kB) | Preview

Abstract

Skripsi ini adalah hasil penelitian untuk mengerti dan memahami tradisi Lempar Ayam di Gunung Pegat Lamongan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata secara lisan maupun tertulis tentang orang-orang dan perilaku yang diamati. Serta menggunakan pendekatan hermeneutik dalam menafsirkan, menginterpretasikan makna terkandung dalam sebuah simbol atau kata. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan selama proses penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian, diperoleh data bahwa mayoritas masyarakat masih percaya akan mitos dan resiko-resiko yang menimpa apabila tidak melakukan tradisi (adat/kebiasaan) diantaranya keluarga tidak harmonis, rezekinya sulit, terjadi perceraian, dan salah satu pengantin akan meninggal. Menurut sesepuh desa setempat, tradisi lempar ayam tersebut merupakan warisan dari nenek moyang yang patutnya dijaga dan dilaksanakan (manut). Seperti yang dikatakan oleh Ricoeur bahwa setiap simbol pasti mempunyai makna yang tersembunyi, Oleh sebab itu perlu adanya metode atau cara untuk mengidentifikasi dan menafsirkannya. Menurut Paul Ricoeur, simbol dibedakan menjadi dua yaitu simbol primer dan simbol sekunder. Simbol primer meliputi; noda, dosa, dan kebersalahan. Sedangkan simbol sekunder meliputi; kosmis, mitos tragis, dan mitos Adam. Dari semua bentuk simbol-simbol ini kemudian diterapkan atau diimplementasikan ke dalam tradisi lempar ayam di Gunung Pegat, tapatnya di Desa Karang Kembang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan dengan menggunakan hermeneutika Paul Ricoeur yang dalam pemikirannya mempunyai hubungan yang erat akan mitos-mitos yang terjadi dalam tradisi tersebut.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka sebaiknya masyarakat desa Karang Kembang khususnya dianjurkan untuk tidak mempercayai keyakinan yang belum jelas asal-usulnya, dan hendaknya bertawakal saja pada Allah SWT karena tidak ada suatu keburukan kecuali Allah SWT yang mendatangkannya.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Fuadah, Afhimatulafhimhimatulfuadah@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Agama
Budaya - Agama
Adat
Keywords: Tradisi Lempar Ayam; Hermeneutika Paul Ricoeur
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Filsafat Agama
Depositing User: Fuadah Afhimatul
Date Deposited: 29 Aug 2016 06:57
Last Modified: 01 Feb 2017 04:02
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/13145

Actions (login required)

View Item View Item