This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Syalafiyah, Nurul (2014) NILAI-NILAI KETASAWUFAN SHALAWAT WAHIDIYAH : STUDI KASUS PARA PENGAMAL SHALAWAT WAHIDIYAH DI PONDOK PESANTREN KEDUNGLO KOTA KEDIRI. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (90kB) | Preview |
|
|
Text
Ringkasan.pdf Download (149kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (405kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (681kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (708kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (450kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (309kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (243kB) | Preview |
Abstract
Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, merupakan ungkapan rasa terima kasih yang dalam bagi umat Islam atas tuntunannya sehingga selamat dari bahaya yang sangat besar. Sudah menjadi watak manusia untuk berterima kasih
kepada orang-orang yang telah menuntun hidupnya. Oleh karena itulah, Islam mengajarkan kepada pemeluknya cara menghormati orang yang berjasa kepada mereka yaitu Nabi Muhammad saw dengan sering membaca shalawat, mendo’akan keselamatannya. Pada dasarnya shalawat itu ada dua macam yaitu shalawat ma’tsuroh dan shalawat ghoiru ma’tsuroh. shalawat ma’tsuroh adalah yang susunan kalimatnya
(redaksi) langsung disusun oleh Rasulullah saw, contohnya shalawat ibrohimiyah. Sedangkan shalawat ghoiru ma’tsuroh adalah shalawat yang disusun oleh selain Rasulullah saw, yaitu oleh para sahabat, tabi’in, ulama, dan oleh umumnya orang Islam. Shalawat ini biasanya kalimahnya panjang-panjang, susunan bahasanya disertai kata-kata sanjungan, pujian, cinta (mahabbah), dan rindu (syauq).
Salah satu fenomena di Indonesia pada abad XX yang lalu adalah munculnya Shalawat Wahidiyah dengan berbagai “kelengkapan”nya, seperti ajaran Wahidiyah atau lembaga perjuangannya. Kemunculan Shalawat Wahidiyah ini, walaupun dengan sedikit kalangan yang bersikap kontra, telah menandai
wajah baru tasawuf. Jika sebelumnya tasawuf diidentikkan dengan thariqat, maka keberadaan Shalawat Wahidiyah merupakan sebuah kejutan. Dimana untuk menjadi seorang sufi, seseorang tidak harus mengangkat ba’iat di hadapan
seorang Syekh Sufi. Namun dengan mengamalkan shalawat dan bergabung dalam sebuah jamaah yang bersifat terbuka dan egaliter tanpa dibedakan dalam tingkatan-tingkatan tertentu.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | Kharisudin Aqib | ||||||
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Doa dan Zikir | ||||||
Keywords: | Shalawat Wahidiyah; Ketasawufan; Pesantren | ||||||
Divisions: | Program Magister > Filsafat Agama | ||||||
Depositing User: | Editor : Ummir Rodliyah------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||
Date Deposited: | 09 Mar 2015 02:23 | ||||||
Last Modified: | 21 Mar 2018 04:32 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/1343 |
Actions (login required)
View Item |