Anak Kandung Menjadi Wali Nikah Ibu : Analisis Hadis Sunan Al-Nasa’i No. Indeks 5396

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Hasanudin, Imam (2016) Anak Kandung Menjadi Wali Nikah Ibu : Analisis Hadis Sunan Al-Nasa’i No. Indeks 5396. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (547kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (518kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Isi.pdf

Download (519kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (487kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 2.pdf

Download (874kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 3.pdf

Download (586kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 4.pdf

Download (462kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 5.pdf

Download (421kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (757kB) | Preview

Abstract

Anak kandung menjadi wali nikah ibu merupakan permasalahan yang masih diperselisihkan oleh para ulama. Jumhur ulama (madzhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali) dan Imam al-Muzani dari kalangan Syafi’iyyah memperbolehkan seorang anak menjadi wali nikah ibu. Berbeda dengan pandangan imam Syafi’i dan ulama-ulama yang berafiliasi kepada madzhab Syafi’i yang tidak memperbolehkan seorang anak menjadi wali nikah ibunya kecuali anak tersebut kedudukannya sebagai anak anaknya paman (ibn ibni ammiha), orang yang memerdekakan, hakim atau penghulu, dan wakil dari walinya ibu.Mengingat kedua pendapat di atas sama-sama berangkat dari interpretasi yang berbeda terhadap hadis Nabi yang salah satunya adalah hadith yang berbunyiيا عمر قم فزوج رسول الله فزوجه maka penelitian ini diarahkan pada tiga kajian pokok yaitu menyangkut validitas keshahihan hadisيا عمر قم فزوج رسول الله فزوجه dalam tinjauan ilmu hadis, begitu juga mengenai kandungan dan implikasi hukum yang dapat ditimbulkan dari pemahaman terhadap hadith tersebut.Dengan demikian, maka penelitian ini termasuk ke dalam kategori penelitian perpustakaan (library research), tentu saja data-datayang dibutuhkan berupa literatur yang mempunyai relevansi terhadap tema kajian dengan menggunakan metode dokumentasi, yakni metode pengumpulan data melalui penelusuran terhadap data-data kepustakaan, baik yang berupa sumber data primer, sekunder, atau bahkan data-data yang bersifat tersier. Kemudian data tersebut dipahami dengan menggunakan pendekatan historis, tekstual, dan kontekstual. Pendekatan historis digunakan untuk melihat sisi validitas hadisيا عمر قم فزوج رسول الله فزوجه dari sisi sanad maupun matannya. Sementara analisis tekstual digunakan untuk memberikan pemaknaan terhadap hadis yang dimaksudkan dari sisi redaksi maupun gramatikanya, sedangkan analisis kontekstual dimaksudkan sebagai pisau analisis untuk menelaah setting historis pada saat hadisيا عمر قم فزوج رسول الله فزوجه disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw.Melalui tiga pendekatan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa hadis tentang anak kandung menjadi wali nikah ibuyang dalam hal ini adalah hadis yang berbunyiيا عمر قم فزوج رسول الله فزوجه kesahihannya masih diperselisihkan oleh para ulama. Imam al-Nasa>’i misalnya, mengatakan bahwa hadis tersebut bernilai sahih dan dapat dijadikan sebagai hujjah. Sementara Nashiruddin al-Albani mengatakan hadis tersebut merupakan hadis majhul dan bernilai dha’if dan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. Menurut saya sendiri hadis ini adalah hasan, karena ada satu perawi yang dinilai tidak tsiqah.Sedangkan kandungan hukum dalam hadis tersebut adalah bahwa seorang anak boleh menjadi wali nikah ibunya menurut madzhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali. Sementara menurut ma{hab Syafi’i, anak tidak boleh menjadi wali nikah ibu kecuali anak tersebut kedudukannya sebagai anak anaknya paman (ibnu ibni ‘ammiha), orang yang memerdekakan, hakim atau penghulu, dan wakil dari walinya ibu. Dan implikasi hukum dari hadis tersebut dengan zaman sekarang adalah bahwa mengingat hukum yang dipakai di Indonesia mayoritas adalah madzhab Syafi’i dan dalam permasalahan ini madzhab Syafi’i tidak melarang secara mutlak anak menjadi wali nikah ibu, maka hendaknya pemerintah membuat “pasal baru” yang mengatur tentang anak menjadi wali nikah ibu. Hal ini karena dimungkinkan ada seseorang menikahi saudara sepupu dari jalur ayah dan mempunyai anak laki-laki. Kemudian suami wanita tersebut meninggal dan wanita tersebut ingin menikah lagi namun ia tidak mempunyai wali kecuali anaknya, maka dalam hal ini yang bertindak sebagai wali adalah anaknya karena kedudukannya sebagai as{abah (ibnu ibni ‘ammiha) bukan sebagai anak.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Hasanudin, Imamq085732828147@gmail.comE03212054
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorArifin, ZainulUNSPECIFIED2021035501
Subjects: Tafsir
Keywords: Anak kandung; wali nikah ibu; hadith nabi
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir
Depositing User: Hasanudin Imam
Date Deposited: 09 Sep 2016 02:59
Last Modified: 05 Dec 2019 03:10
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/13773

Actions (login required)

View Item View Item