Konskuensi konsep syirik dalam Al Quran: studi komperatif penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb atas ayat-ayat tentang syirik

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Badarudin, Heru (2017) Konskuensi konsep syirik dalam Al Quran: studi komperatif penafsiran Ibnu Katsir dan Sayyid Kutb atas ayat-ayat tentang syirik. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (689kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (180kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Isi.pdf

Download (316kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (141kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 2.pdf

Download (396kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 3.pdf

Download (450kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 4.pdf

Download (6MB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 5.pdf

Download (469kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (437kB) | Preview

Abstract

Seorang mufasir memberikan penjelasan yang sederhana tentang konsep syirik dalam tafsirnya dengan nuansa kedaerahan yang melingkupinya yang berlatar belakang masyarakatnya tersebut. Syirik sebagai sebuah perilaku terus mengalami perubahan bentuk dan modelnya seiring dengan perubahan dinamika kehidupan masyarakat yang secara substansinya tidak mengalami perubahan, dengan demikian perlu diketahui sejauh mana Ibnu Kathir Dan Sayyi Kutb menjelaskan konsep syirik melalui penafsirannya dengan nuansa lokalitas yang dimilikinya. Karena Ibnu Kathir merupakan nama yang masyhur kepiawaiannya dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an dengan sebuah karya Tafsir ibnu katsir sebagai tafsir khas lokal yang terkenal hingga saat ini. Kemudian mencoba untuk dikontekskan dengan masa kekinian. Berangkat dari hal tersebut menjadi ketertarikan tersendiri bagi penulis untuk mengkaji sejauh mana penafsiran Ibnu Kathir dalam menafsirkan ayat-ayat tentang syirik dengan nuansa lokalitas yang mengitarinya. Sehingga Sayyid Kutb juga mempunuai sebuah karya Tafsir Fi Dzilalil Qur’an. Kitab ini mempunyai metode yang unik yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, tafsir ini tergolong tafsir bil ma’tsur. Selain itu kitab ini juga dijadikan bahan rujukan oleh banyak ulama baik sebelum maupun sesudah beliau wafat. Term Dzilal yang berarti “naungan” sebagai judul utama tafsir Sayyid Qutb, memiliki hubungan langsung dengan kehidupannya. Sebagai catatan mengenai riwayat hidup Sayyid Qutb, dan juga telah disinggung pada uraian yang lalu bahwa dia sejak kecilnya telah menghafal al-qur’an, dan dengan kepakarannya dalam bidang sastra, dia memahami al-qur’an secara baik dan benar dengan kepakarannya itu, serta segala kehidupannya selalu mengacu pada ajaran al-qur’an. Oleh karena itu, Sayyid Qutb menganggap bahwa hidup dalam naungan al-ur’an sebagai suatu kenikmatan.Selanjutnya, bila karya Tafsir Fi Dzilalil Qur’an dicermati aspek-aspek metodologisnya, ditemukan bahwa karya ini menggunakan metode tahlily, yakni metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-qur’an dari seluruh aspeknya secara runtut, sebagaimana yang tersusun dalam mushaf. Dalam tafsirnya, diuraikan korelasi ayat, serta menjelaskan hubungan maksudayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula, diuraikan latar belakang turunnya ayat (sebab nuzul), dan dalil-dalil yang berasal dari al-qur’an, rasul, atau sahabat, dan para tabi’in, yang disertai dengan pemikiran rasional (ra’yu). Adapun rujukan utama Sayyid Qutb dalam mengutip pendapat-pendapat ulama, adalah merujuk pada beberapa karya tafsir ulama yang diklaim sebagai karya tafsir bi al-ma’tsur kemudian merujuk juga pada karya tafsir bi al-ra’y. dari sini dapat dipahami bahwa metode penafsiran Sayyid Qutb, juga tidak terlepas dari penggunaan metode tafsir muqaran.Perbedaan dan persamaan antara kedua mufasir sangat di pentingkan. Karena dalam pembahasan tentantang syirik mufasir ada perbedaan-perbedaan dalam menafsirkan ayat, menurut Ibnu Katsir syirik akan di ampini oleh Allah SWT, dengan syarat jika hamba yang melakukan dosa tersebut bertaubat kepadanya. Syririk tersebut ada dua yaitu syirik kecil dan syirik besar. Sedangkan menurut sayyid kutb masih membendakan lagi antara syirik kecil dengan syirik besar. Syirik kecil yaitu: Syirik zhahir (nyata), Syirik khafi (tersembunyi), semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa seseorang kepada kemusyrikan. Syirik kecil termasuk perbuatan dosa yang di khawatirkan akan menghantarkan pelakunya kepada syirik besar. Tetapi masih ada ampunan. Sedangkan syirik besar semisal: syirik do’a, syirik niat, syirik ketaatan dan syirik mahabbah (kecintaan), masih ada ampunan tidak akan di ampuni meskipun malakukan taubat. Mengapa demikian, agar seorang hamba tidak akan melakukan dosa besar (syirik). Tidak akan di ampuni karena sangat melanggar ketentuan Allah SWT. Tentu ini sebagai implementasi dari janji Allah akan kemurahannya dalam pengampunan (al-Zumar:53). Kaitannya dengan ini, bentuk dosa bermacam-macam dari dosa yang dianggap ringan sampai pada dosa yang berbobot besar.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Badarudin, Heruherubadarudin86@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Aqidah
Aqidah
Wajib Belajar > Aqidah

Tafsir
Keywords: Konsep Syririk; penafsiran Ibnu Katsir; Sayyid Kutb; Studi Komperatif
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Tafsir Hadis
Depositing User: Editor : Ummir Rodliyah------ Information------library.uinsby.ac.id
Date Deposited: 17 May 2017 07:06
Last Modified: 05 Sep 2017 04:17
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/16949

Actions (login required)

View Item View Item