Manusia dalam perspektif eksistensialisme: studi komparasi Soren Kierkegaard dan Ali Syari'ati

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Shofa, Muhammad (2012) Manusia dalam perspektif eksistensialisme: studi komparasi Soren Kierkegaard dan Ali Syari'ati. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Muhammad Shofa_E01207003.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Skripsi ini merupakan penelitian pustaka. Penelitian ini bersifat kualitatif, adalah murni penelitian kepustakaan (Library Research). Masalah pokok yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : Pertama, bagaimana konsep manusia dalam perspektif eksistensialisme Soren Kierkegaard beserta tahapan-tahapannya dalam upaya menjadi manusia otentik? Kedua, bagaimana pula konsep manusia dalam perspektif eksistensialisme Ali Syari’ati beserta penjara-penjara yang menghalangi manusia menjadi manusia agung?. Ketiga, bagaimanakah letak persamaan serta perbedaan di antara Soren Kierkegaard dan Ali Syari’ati dalam hal eksistensialisme manusia? Dalam menjawab permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis deksriptif Comparatif. Metode deskriptif yakni pola yang berusaha menggambarkan suatu obyek secara apa adanya. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang konsep manusia beserta tahapan-tahapannya dalam perspektif eksistensialisme kedua tokoh tersebut. Metode komparatif adalah metode yang beusaha membandingkan antara dua atau lebih objek kajian. Metode ini mengharuskan peneliti untuk terlebih dahulu membebasklan pikirannya dari segala teori, dogma dan citra teologis yang telah ada. Lebih jauh, penggunaan metode ini mengharuskan peneliti untuk bersikap netral, bebas dari segala prasangka ideologis. Dari penelitian ini dihasilkan rumusan sebagai berikut: bahwa manusia dalam perspektif eksistensialisme menurut Soren Kierkegaard adalah individu atau persona yang bereksistensi dan konkrit. Bereksistensi bukan berarti hidup dalam pola-pola abstrak dan mekanis, tetapi terus menerus mengadakan pilihan-pilihan baru secara personal dan subjektif. Jadi, hanya orang-orang yang berani mengambil keputusanlah yang dapat bereksistensi karena dengan mengambil keputusan atas pilihannya sendiri, maka manusia tersebut akan menentukan ke mana arah hidupnya. Maka dari itulah manusia tersebut harus melewati tahapan-tahapan yang harus dilaluinya dalam bereksistensi. Tahapan-tahapan tersebut ialah tahap estetis, etis, dan religius. Berbeda dengan pendapat Ali Syari’ati yang menyatakan bahwa manusia adalah mahluk dua dimensi. Mahluk yang terdiri dari tanah bumi dan roh suci. Maka ada tarik menarik dua kepentingan yang berbeda. Satu ke arah stagnasi, satunya lagi ke arah puncak spiritual tertinggi. Manusia bisa dikatakan bereksistensi bila dia bergerak terus menerus tanpa henti ke arah tahapan evolusi dan kesempurnaan. Maka untuk mencapai derajat manusia yang sempurna, manusia agung dalam istilah Ali Syari’ati, maka manusia tersebut harus menerobos dan menumbangkan empat penjara deterministic yang mengikatnya. Empat penjara tersebut adalah naturalisme, historisisme, sosiologisme dan ego manusia.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Shofa, Muhammadshofamuhammad@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Filsafat > Filsafat Agama
Keywords: Manusia; eksistensialisme
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Aqidah Filsafat Islam
Depositing User: Shofa Muhammad
Date Deposited: 31 Jul 2018 04:14
Last Modified: 31 Jul 2018 04:14
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/25731

Actions (login required)

View Item View Item