Fungsi dan kedudukan deklinasi bulan dan lintang tempat dalam menghitung ketinggalan hilal: menurut kitab Sullam an-Nayyirin dan Almanak Nautika

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Sholikhah, Siti (2009) Fungsi dan kedudukan deklinasi bulan dan lintang tempat dalam menghitung ketinggalan hilal: menurut kitab Sullam an-Nayyirin dan Almanak Nautika. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Siti Sholikhah_C01302153.pdf
Download (1MB)

Abstract

Untuk menjawab pemahaman bagaimana perhitungan ketinggian hilal menurut kitab Sullam an Nayyirain dan Almanak Nautika? Bagaimana fungsi dan kedudukan deklinasi bulan dan lintang tempat menurut kitab Sullam an-Nayyirain dan Almanak Nautika? Data penelitian dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks (tex reading) dan selanjutnya dianalisa dengan metode deskriptif-analisis. Menurut metode hisab Sullam an-Nayyirain, dalam menghitung irtifa' dengan jalan mencari selisih antara tenggelam matahari (ghurubusy syamsi) dan ijtimli' dibagi dua. Menurut metode hisab Almanak Nautika, dalam menghitung ketinggian hilal dengan mencari sudut h dengan menggunakan rumus trigonometri yaitu :sin h = sin <p • sin o + cos <p • cos o . cos t. Menurut metode hisab Sullam an-Nayyirain, deklinasi bulan dan lintang tempat hanya diperhatikan untuk mencari ghurub (tenggelam matahari), tetapi deklinasi bulan dan lintang tempat tidak dipergunakan. Untuk menghitung ketinggian hilal. Menurut metode hisab Almanak Nautika, deklinasi bulan dan lintang tempat fungsinya sangat diperbatikan untuk menghitung ketinggian hilal, karena deklinasi bulan dan lintang tempat menjadi unsur pokok. Berdasarkan hasil penelitian, kepada badan Hisab Ru'yah untuk melakukan penelitian secara sistematis dan teratur dalam menentukan awal bulan qamariyah. Kepada 'ulama' ahli bisab agar jangan mengumumkan basil perhitungannya terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, kepada masyarakat luas sebelum pemerintah mengumumkannya lewat lembaga yang berwenang agar tidak terjadi perpecahan dikalangan umat. Dan tidak perlu lagi adanya pemilahan tahkiki dan taqribi, yang penting buktikan melalui ru 'yah.