Tinjauan hukum Islam terhadap hak perempuan dalam memilih pasangan di kalangan keluarga ndalem pesantren Darul Ulum Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Kadir, Abdul (2010) Tinjauan hukum Islam terhadap hak perempuan dalam memilih pasangan di kalangan keluarga ndalem pesantren Darul Ulum Bandungan Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Preview

Text
Abdul Kadir_C51206024.pdf
Download (1MB) | Preview

Abstract

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan bertujuan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana hak perempuan dalam memilih pasangan di kalangan keluarga ndalem Pesantren Darul Ulum Bandungan, dan tinjauan hukum Islam terhadap hak perempuan tersebut serta dampaknya setelah pemikahan dilakukan. Untuk menjawab permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, untuk mendeskripsikan data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan pola pikir induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dalam keluarga ndalem pesantren ini tidak diberikan ruang kebebasan memilih calon pasangan nikahnya, Pengakuan keluarga ndalem dengan kondisi tersebut adalah pemahamannya terhadap konsep fikih ijbar Imam Syafi'i yang mengemukakan bahwa ayah memiliki kuasa untuk menentukan dan menikahkan anak gadisnya meskipun tanpa seizinnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perempuan dalam keluarga ndalem Pesantren Darul Ulum Bandungan tidak diberikan ruang kebebasan untuk memilih dan menentukan sendiri calon pasangannanya. Dalam tinjauan hukum Islam perempuan jelas memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki unt uk bisa memilih dan menentukan sendiri pasangannya. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang perkawinan yang berlaku di Indonesia adalah pernikahan harus dilaksanakan atas dasar kerelaan dan kehendak dari kedua mempelai yang bersangkutan. Sejalan dengan kesimpulan diatas, maka kepada pemegang otoritas kepemipinan dalam keluarga utamanya keluarga ndalem pesantren yang selalu menjadi panutan oleh masyarakat agar lebih bersikap arif terhadap anak, mengedepankan musyawarah serta melibatkan sang anak dalam menetapkan sesuatu yang menjadi ujung tombak bagi masa depan hidupnya, karena yang akan menjalani pernikahan adalah yang bersangkutan bukan orang tua atau yang lainnya.