Khilafah dalam perspektif Abdul Qadir Al Jailani: studi Tafsir Al Jailani

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Arwani, Muhammad (2018) Khilafah dalam perspektif Abdul Qadir Al Jailani: studi Tafsir Al Jailani. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
Muhammad Arwani_F12516295.pdf

Download (2MB)

Abstract

Khilafah merupakan salah satu pembahasan kompleks yang menimbulkan perdebatan di kalangan para ahli tafsir. Khilafah menjadi bahan polemik yang tak kunjung usai, sejak Abad 1 H. Secara umum, perbincangan politik dan kekuasaan dalam Alquran bertolak dari prinsip-prinsip moral dasar tentang pemerintahan. Pertama, prinsip al-musawah atau kesetaraan. Artinya, Islam tak mengenal diskriminasi dalam bentuk apa pun. Keunggulan manusia hanya diukur berdasarkan derajat komitmennya kepada Allah dan Rasul-Nya. Seperti dinayatakan dalam Alquran, “inna akramakum ‘indallahi atqakum” (Yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa kepada Allah). Prinsip berikutnya adalah al-‘adalah, keadilan. Etika politik Alquran juga mengharuskan seorang penguasa untuk berlaku adil terhadap semua komponen dalam masyarakat dengan menjunjung tinggi supremasi hukum di atas segalanya. Firman-Nya, “i’dilu huwa aqrabu littaqwa” (berlaku adillah karena berlaku adil akan mendekatkan diri kepada takwa). Alquran juga memberikan wejangan kepada kita agar mengutamakan syura atau permusyawaratan dalam menentukan sikap, langkah, dan keputusan politis.Dengan demikian, apabila ditilik lebih dalam pandangan kesufian, kekuasaan merupakan bagian dari implementasi posisi manusia sebagai khalifah. Kekuasaan menjadi penting bagi kehidupan manusia sepanjang mereka mampu menempatkan kekuasaan tersebut sebagai pintu masuk untuk memperkuat jati dirinya sebagai makhluk, sebagai ibadullah. Artinya, kekuasaan lahiriah adalah ekspresi manusia sebagai makhluk dan hamba Allah yang harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya kepada Allah. Oleh karena itu, posisi khalifah dan makhluk yang melekat pada diri manusia harus berjalan beriringan tanpa ada yang saling mendominasi. Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa Abdul Qadir al Jailani dalam tafsirnya memunculkan beberapa penafsiran yang menarik, diantaranya: pertama seorang mukmin harus mencerminkan sifat-sifat Allah dalam prilakunya, kedua Iman dan beramal saleh adalah dua hal yang tidak bisa di pidahkan, ketiga Manusia itu sama disisi Allah dan men-tajalliyahkan sifat-sifatNya hukumnya Fardhu Ain, Keempat kadar derajat khilafah bermuara ketika manusia sudah sampai pada derajat rutbatul fana dan baqa.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Masters)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Arwani, Muhammadarwani_muh@gmail.comUNSPECIFIED
Subjects: Tafsir > Tafsir Al Qur'an
Kepemimpinan
Keywords: Khilafah; Sufi; Abdul Qadir
Divisions: Program Magister > Ilmu Alquran dan Tafsir
Depositing User: Arwani Muhammad
Date Deposited: 18 Feb 2019 07:20
Last Modified: 18 Feb 2019 07:20
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/30424

Actions (login required)

View Item View Item