Perkawinan Adat Suku Samin Analisa Sosiologi Hukum di Bojonegoro

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Rizal Arif Fitria, Rizal Arif Fitria (2019) Perkawinan Adat Suku Samin Analisa Sosiologi Hukum di Bojonegoro. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
Rizal Arif Fitria_F12916331.pdf

Download (2MB)

Abstract

Masyarakat Samin adalah sekelompok masyarakat yang menganut ajaran Saminisme. Ajaran ini berasal dari seorang tokoh bernama Samin Surosentiko yang lahir pada tahun pada tahun 1859 di Desa Ploso Kedhiren, Klopodhuwur, Randublatung, Blora. Ajaran Saminisme muncul sebagai reaksi perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda yang sewenang-wenang terhadap orang-orang pribumi. Selain itu masyarakat Samin memiliki ajaran dan tradisi unik yang menjadikan ciri khas kehidupan mereka, sehingga berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Melihat gaya hidup masyarakat Samin yang begitu unik peneliti semakin tertarik untuk mengkaji tentang perkawinan masyarakat Samin yang ada di Bojonegoro, penelitian ini dikhususkan pada tradisi nyuwito/magang yang dilaksanakan sebelum melangsungkan akad perkawinan dan ajaran kehidupan sosial masyarakat Samin yang selama ini dianggap problematis karena tidak sejalan dengan aturan agama maupun negara. Dari persoalan di atas, maka peneliti ingin mengetahui perkawinan masyarakat Samin Bojonegoro kaitannya dengan ajaran kehiduapn bersosial mereka, sehingga mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal yang menjadi problem tersebut. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan ini peneliti akan menggambarkan realita empirik di balik fenomena perkawinan masyarakat Samin dan ajaran kehidupan sosialnya melalui beberapa data yang diperoleh dari hasil wawancara. Sedangkan pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum Islam dan teori Kontruksi Sosial Peter Berger. Hasil penelitian ini adalah: Pertama, Nyuwito/magang adalah pengabdian diri si pemuda kepada keluarga si gadis yakni melakukan kegiatan pekerjaan kesehariannya dengan tujuan untuk saling menyelami atau mengenal kepribadian antara kedua belah pihak. Nyuwito sangat bertentangan dengan pandangan Islam, terlebih dalam Islam tidak mengenal adanya magang untuk tahapan saling mengenal antara calon pengantin dan keluarganya sehingga bisa disebut dengan ‘Urf fasi>d. Kedua, kontruksi sosial Peter Berger mengamati perkawinan Samin merupakan proses dialektika dari elit Samin yang melakukan ekternalisasi dengan cara membaur dengan masyarakat yang satu misi, dan melakukan objektifasi pembenaran mengenai ajaran-ajaran Saminisme yang mereka sepakati bersama, dan kemudian diinternalisasikan kedalam kehidupan mereka sehingga mendarah daging menjadi ajaran atau hukum yang mereka buat dan mereka sepakati untuk ditaati bersama hingga saat ini. Rangkaian proses-proses tersebut dilaksanakan karena adanya tekanan dari kolonialisme sehingga mereka mengkonstruksi kehidupan sosial menjadi sebuah hukum/aturan yang mereka buat dan mereka sepakati bersama.
Kata Kunci: Perkawinan, Masyarakat Samin, Konstruksi Sosial.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Masters)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Rizal Arif Fitria, Rizal Arif Fitriarizal.arif.aba@gmail.comF12916331
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorDr. Darmawan,M.H.I, Dr. Darmawan,M.H.Idigilib@uinsby.ac.id198004102005011004
Subjects: Dirasah Islamiyah
Perkawinan
Adat
Divisions: Program Magister > Dirasah Islamiyah
Depositing User: Fitria Rizal Arif
Date Deposited: 03 Sep 2019 04:02
Last Modified: 03 Sep 2019 04:02
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/35585

Actions (login required)

View Item View Item