Makanan Tumpeng dalam tradisi Bancakan: studi Gastronomi pada masyarakat Jawa Islam

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Ed-Dally, M. Zein (2019) Makanan Tumpeng dalam tradisi Bancakan: studi Gastronomi pada masyarakat Jawa Islam. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
M. Zein Ed-Dally_A02216026.pdf

Download (3MB)

Abstract

Miskinnya khazanah perkulineran dalam literatur sejarah kita menjadi latar belakang penelitian ini. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan filosofi Tumpeng dalam tradisi masyarakat Jawa pra-Islam dan untuk memahami perkembangan Tumpeng dalam tradisi bancakan masyarakat Jawa pasca masuknya pengaruh Islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah (historis) yang meliputi metode heuristik, verifikasi sumber, interpretasi teks, dan historiografi, serta dengan menggunakan pendekatan gastronomi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori kebudayaan simbolik versi Cliffort Geertz sebagai alat bantu analisis sejarah. Hasil penelitian ini menemukan beberapa fakta sejarah, bahwa: 1) Tumpeng merupakan makanan yang ada sejak masyarakat Jawa masih memeluk kepercayaan Kapitayan, yang disajikan dan dipersembahkan sebagai sarana untuk menyembah “Tuhan” yang diyakininya sebagai sesuatu yang tidak terjelaskan dan tidak terjangkau oleh pancaindera, atau yang lebih dikenal sebagai Sang Hyang Tunggal. 2) Setelah pengaruh Hindu-Buddha masuk dan mengakar kuat dalam kepercayaan masyarakat Jawa, bentuk Tumpeng mulai berubah menjadi kerucut (menggunung). Perubahan bentuk Tumpeng didasari oleh kepercayaan masyarakat penganut agama Hindu-Buddha bahwa gunung-gunung di Jawa, terutama gunung Mahameru, merupakan tempat bersemayamnya dewa-dewi dan arwah para leluhur. Meski bentuk Tumpeng mengalami perubahan, tetapi tidak dengan kegunaannya sebagai makanan sesaji. 3) Setelah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Songo melalui proses asimilasi dan sinkretisasi kebudayaan yang sebelumnya kental dengan ajaran kepercayaan Kapitayan dan Hindu-Buddha menjadi kebudayaan yang sudah terinternalisasi nilai-nilai ajaran Islam, secara otomatis Tumpeng juga mengalami pergeseran nilai. Pemaknaan atas Tumpeng tidak lagi didasari oleh kepercayaan yang bersumber Kapitayan atau Hindu-Buddha, melainkan didasari oleh nilai-nilai keislaman, salah satunya bentuk kerucut pada Tumpeng sebagai ilustrasi hubungan manusia kepada Tuhan, kepada sesama manusia, dan kepada alam. Setelah proses islamisasi tersebut, Tumpeng pun berkembang hingga saat ini sebagai makanan yang identik dengan kebudayaan masyarakat Jawa Islam, dan dalam penyajiannya pun menyesuaikan ajaran-ajaran dalam agama Islam.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Ed-Dally, M. Zeinhiasanharihari@gmail.comA02216026
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorNuriyadin, Nuriyadinnuriyadin@hotmail.com2020017503
Subjects: Antropologi Budaya
Sejarah Peradaban Islam
Budaya
Divisions: Fakultas Adab dan Humaniora > Sejarah dan Peradaban Islam
Depositing User: M. Zein Ed-Dally
Date Deposited: 14 Jan 2020 07:36
Last Modified: 14 Jan 2020 07:36
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/39004

Actions (login required)

View Item View Item