KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA : STUDI PEREBUTAN OTORITAS ANTARA KYAI TRADISIONAL DAN WALISONGO AKBAR

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Rasuki, Rasuki (2015) KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA : STUDI PEREBUTAN OTORITAS ANTARA KYAI TRADISIONAL DAN WALISONGO AKBAR. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (187kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (202kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Ringkasan.pdf

Download (166kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (347kB) | Preview
[img] Text
Bab 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (378kB)
[img] Text
Bab 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (265kB)
[img] Text
Bab 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (631kB)
[img]
Preview
Text
Bab 5.pdf

Download (241kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (242kB) | Preview

Abstract

Konflik internal agama (Islam) di Sumenep Madura, terjadi pada tahun 1997-1998. Konflik ini melibatkan dua kelompok keagamaan antara Kyai Tradisioanal dengan kelompok Walisongo Akbar, pimpinan Ustad Supardi. Konflik ini bermula, semenjak kedatangan Supardi, dari Sitobondo ke Sumenep. Dalam rentang waktu yang cepat, Supardi mendapat banyak pengikut, hingga mendirikan pesantren di daerah Tarate. Dengan munculnya kelompok baru dalam masyarakat tertentu di Sumenep, keberadaannya mulai diperhatikan dan dibicarakan oleh banyak orang yang ada disekitarnya. Keberadaannya mulai dianggap mengganggu kenyamanan masyarakat, karena ritual keagamaannya dianggap berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Sehingga karena berbeda, maka kemudian memunculkan prasangka bahwa kelompok Supardi dianggap sesat. Anggapan sesat itu awalnya memang muncul dari masyarakat, yang ternyata kemudian malah mendapat pembenar dari Kyai Tradisional. Karenanya, kemudian lahir fatwa para kyai yang menyatakan kelompok Supardi benar-benar termasuk aliran sesat dalam Islam. Dengan fatwa itu berikutnya, muncul aksi kekerasan yang melibatkan dua pihak. Kekerasaan yang berangkat dari pembelaan terhadap kepercayaan dan keyakinannya yang didukung oleh pemahaman atas teks-teks agama. Kekerasan ini setidaknya memakan banyak korban. Dari yang luka, hingga ada yang terbunuh. Berangkat dari kenyataan itu, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan objek kajian di lapangan. Menggunakan metode wawancara dengan teknik bola salju, disertai juga dengan teori konflik sosial sebagai perspektif, dengan beberapa tokoh utamanya Karl Marx, Coser dan Ralf Dahdenrof. Hasil penelitiannya, konflik itu disebabkan oleh perebutan otoritas ditengah masyarakat antara dua pihak. Kyai Tradisonal sebagai kelompok mayoritas, terganggu posisinya dengan kehadiran kelompok minoritas, yakni kelompok pengikut Supardi yang terus mendapat dukungan masyarakat. Otoritas Kyai Tradisoanal, dirasa mulai terganti posisi dengan keberadaan kelompok Supardi. Konflik itu juga didorong oleh adanya perebutan sumber material, yang biasanya diberikan oleh basis jama’ah kepada panutan, sang guru/kyai. Sehingga konflik itu, bukan semata-mata hanya didasari pembelaan agama secara utuh, namun juga didasari oleh perebutan kuasa yang memang sudah mapan dimiliki oleh kyai tradisional yang terganggu keberadaannya dengan adanya kelompok Supardi

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information: Ridlwan Nashir
Creators:
CreatorsEmailNIM
Rasuki, RasukiUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Subjects: Filsafat > Filsafat Agama
Masyarakat Islam
Keywords: Kiai Tradisonal; Otoritas Kiai; Walisongo
Divisions: Program Magister > Filsafat Agama
Depositing User: Editor : Ummir Rodliyah------ Information------library.uinsby.ac.id
Date Deposited: 27 Jan 2016 06:24
Last Modified: 27 Jan 2016 06:24
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/4091

Actions (login required)

View Item View Item