MAKNA SIMBOLIK TRADISI “NYADRAN” PADA RITUAL SELAMETAN DI DESA BALONGGEBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN NGANJUK

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Astutik, Dwi (2015) MAKNA SIMBOLIK TRADISI “NYADRAN” PADA RITUAL SELAMETAN DI DESA BALONGGEBANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN NGANJUK. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img]
Preview
Text
Cover.pdf

Download (419kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Abstrak.pdf

Download (249kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar isi.pdf

Download (292kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 1.pdf

Download (611kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 2.pdf

Download (367kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 3.pdf

Download (531kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 4.pdf

Download (340kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Bab 5.pdf

Download (272kB) | Preview
[img]
Preview
Text
Daftar pustaka.pdf

Download (261kB) | Preview

Abstract

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat tiga fokus penelitian, yaitu : 1). Bagaimana proses komunikasi simbolik dalam tradisi nyadran di Desa Balonggebang, 2). Bagaimana makna tradisi nyadran dikomunikasikan kepada masyarakat Desa Balonggebang.
Untuk menjawab fokus penelitian di atas, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Kemudian data yang sudah diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data model fenomenologi.
Adapun hasil penelitian dari pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa 1). Komunikasi simbolik yang terjadi pada masyarakat desa Balonggebang dalam tradisi nyadran ditunjukkan melalui proses belangsungnya upacara nyadran. 2). Dalam tradisi Nyadran terdapat pemakaian simbol komunikasi verbal dan nonverbal. Simbol komunikasi verbal berupa ungkapan dan do’a. Sedangkan simbol komunikasi nonverbal berupa tindakan, makanan, sesajian dan isyarat lainnya. 3). Makna tradisi Nyadran bagi masyarakat desa Balonggebang adalah jembatan antara hubungan dengan sesama, para leluhur, dan Yang Mahakuasa. Tradisi Nyadran dimaknai sebagai sedekah bumi, sebagai bentuk syukur atas melimpahnya hasil bumi. 4). Tradisi Nyadran dikomunikasikan kepada masayarakat melalui : a). Komunikasi Verbal : Dalam kehidupan masyarakat desa Balonggebang tradisi nyadran telah disakralkan sejak jaman nenek moyang. Adanya faktor dorongan dari semua pihak, (masyarakat dan pemerintah) untuk senantiasa melaksanakan tradisi ini agar tradisi nyadran nantinya tidak akan hilang oleh arus perkembangan jaman. b). Komunikasi Non Verbal : Tradisi nyadran diwariskan pada generasi muda melalui bentuk perayaan yang meriah. c). Mitos Masyarakat : Dipercaya jika tidak melakukan tradisi Nyadran akan ada bahaya di desa Balonggebang.
Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi seluruh pemerhati adalah 1). Melestarikan warisan budaya agar tidak hilang oleh perkembangan jaman, 2). Memahami makna yang terkandung dalam tradisi Nyadran agar terus dijaga dan disosialisasikan kepada generasi muda agar mampu dipahami oleh semua pihak mengapa tradisi ini selalu dilaksanakan sehingga tradisi ini dapat terus berjalan tanpa kehilangan maknanya

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Additional Information: Agoes Moh. Moefad
Creators:
CreatorsEmailNIM
Astutik, DwiUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Subjects: Budaya - Agama
Komunikasi Islam > Komunikasi
Keywords: Makna Simbolik; Tradisi; Kebudayaan
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > Ilmu Komunikasi
Depositing User: Editor : samid library.uinsby.ac.id
Date Deposited: 02 Feb 2016 08:04
Last Modified: 02 Feb 2016 08:04
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/4406

Actions (login required)

View Item View Item