Fungsi sosial budaya Tradisi Peret Kandung bagi Masyarakat Desa Paberasan Kecamatan Sumenep, Kabupaten Sumenep (di tinjau dari Teori Konstruksi Sosial (social construction) oleh Peter L Berger)

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Ramadhani, Suciyana Imaz (2021) Fungsi sosial budaya Tradisi Peret Kandung bagi Masyarakat Desa Paberasan Kecamatan Sumenep, Kabupaten Sumenep (di tinjau dari Teori Konstruksi Sosial (social construction) oleh Peter L Berger). Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel surabaya.

[img] Text
Suciyana Imaz Ramadhani_I73217046.pdf

Download (1MB)

Abstract

Tradisi lokal merupakan tradisi yang masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat khusunya daerah Madura. Sumenep merupakan ujung timur pulau Madura yang memiliki beranekaragam upacara tradisi yang masih dilestarikan. Budaya masyarakat diDesa Paberasan masih sangat kuat dengan budaya Madura, hal tersebut merupakan pengaruh dari pusat kebudayaan Madura yang berkiblat pada keraton Sumenep. Dengan adanya modernisasi yang berkembang, masyarakat masih saja tetap menjaga dan melestarikan warisan leluhur mereka. Berangkat dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian, tentang Fungsi Sosial Budaya Tradisi Peret Kandung Bagi Masyarakat Desa Paberasan Kecamatan Sumenep Kabupaten Sumenep (Di Tinjau dari Teori Konstruksi Sosial (social construction) oleh Peter L Berger). Untuk menjawab penelitian tersebut digunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk memberikan pemahaman akan sesuatu yang menarik perhatian dengan adanya tradisi Peret Kandung terhadap fungsi sosial budaya bagi masyarakat di Desa Paberasan. Dalam proses pengumpulan data digunakan Tehnik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan Teori Konstruksi Sosial (social construction) oleh Peter L Berger untuk menganalisis hasil penelitian. Tradisi Peret Kandung, pelet kandhung, pelet betheng merupakan upacara yang dilakukan pada saat kandungan berusia tujuh bulan (pettong bulen), dan biasanya diawali dengan upacara selamatan pada waktu empat bulan (pak bulen) yang hanya dilakukan pada waktu kehamilan pertama saja, namun tetap dilaksanakan dengan sederhana. Pada umumnya untuk prosesi siraman dilakukan oleh ibu yang sedang hamil saja, akan tetapi untuk didaerah diDesa Paberasan dilaksanakan dengan calon bapak juga yang nantinya akan mengendong nyior gadding dan mendampingi istri dalam prosesi upacara yang dilaksanakan. Upacara dalam tradisi peret kandung dilaksanakan pada tanggal 14/15 hijriah, yang mana masyarakat mempercayainya sebagai sempurnanya suatu bulan, hal ini merupakan sebuah do’a isyarah jika bayi yang dilahirkan adalah laki laki akan memiliki wajah yang tampan, dan jika perempuan memiliki wajah yang cantik. Dengan adanya tradisi tersebut masyarakat dapat menjaga warisan budaya leluhut serta simbolisasi yang terkandung dalam ritual prosesi upacara peret kandung yang bertujuan agar selamat dari berbagai mala petaka.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Ramadhani, Suciyana Imazsuciyana001@gmail.comI73217046
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorIzzah, Iva Yulianti Umdatulivayulianti@uinsby.ac.id197607182008012022
Subjects: Tradisi Islam
Keywords: Fungsi Sosial; Tradisi Peret Kandung; Masyarakat Desa Paberasan.
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Sosiologi
Depositing User: Suciyana imaz Ramadhani
Date Deposited: 19 Aug 2021 23:04
Last Modified: 19 Aug 2021 23:04
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/49673

Actions (login required)

View Item View Item