Konsep wahyu dan takwil dalam al-Qur'an perspektif Ibn Arabi

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abdillah, Muhammad Masykur (2021) Konsep wahyu dan takwil dalam al-Qur'an perspektif Ibn Arabi. PhD thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
M. Masykur Abdillah_F03314013.pdf

Download (3MB)

Abstract

Al-Qur’an menkonsepsikan wahyu sebagai ma’rifah yang hadir dalam rupa kitab suci, ilham, ilmu daruri dan bisikan. Pada perkembangannya, konsep wahyu mengalami penyempitan makna dan fungsi. Wahyu terbatas pada kitab suci yang diturunkan hanya kepada para Nabi. Sehingga melahirkan keyakinan bahwa wahyu telah usai dengan turunnya al-Qur’an dan wafatnya Nabi Muhammad Saw. Hal tersebut berdampak pada hilangnya makna dan peran wahyu dalam rupa ilham, bisikan dan sebagainya. Penyempitan konsep wahyu berdampak pada hilangnya interaksi antara manusia dan alam malakut. Interaksi yang tersisa adalah manusia dan teks al-Qur’an. Hal tersebut berdampak pada metode takwil terhadap al-Qur’an. Takwil yang muncul hanya terbatas pada kemampuan penakwil memahami unsur kebahasaan al-Qur’an. Bahkan takwil selalu dibedakan dengan tafsir yang semula memiliki kesamaan makna. Ibn Arabi (638H/1240M) seorang ulama sufi yang memiliki pengaruh besar terhadap keilmuan Barat dan Timur. Ia mampu mengkonsepkan wahyu dan takwil secara utuh sehingga mudah dipahami. Konsep yang ia hadirkan bersumber langsung dari al-Qur’an dan hadis. Lantas bagaimana Ibn Arabi mengkonsepkan wahyu dan takwil? Apa keunikan konsep wahyu dan takwil perspektif Ibn Arabi? Dan apa konstribusi Ibn Arabi? Berangkat dari pertanyaan tersebut, penulis berupaya mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an tentang term wahyu dan takwil dengan menggunakan metode tafsir tematik, metode komprehenshif dan multidisipliner, untuk kemudian dianalisa berdasarkan konsep yang digagas Ibn Arabi berdasarkan sumber primer dan sekunder. Konsep wahyu dan takwil dalam al-Qur’an perspektif Ibn Arabi membuka kembali interaksi manusia dengan alam malakut melalui laku ruhaniah. Fungsi wahyu dikembalikan seperti semula sebagai ma’rifah atau ilmu pengetahuan. Sehingga ia (wahyu) masih terus ada dan akan dipahami sesuai kapasitas yang menerima. Takwil dalam pandangan Ibn Arabi adalah upaya mengembalikan makna simbolik ke makna semula, yaitu makna yang dikehendaki dan diinginkan pemberi wahyu. Objektifitas takwil ditentukan oleh kemampuan penakwil memahami kehendak pewahyu, dan kesiapan dirinya dalam menerima wahyu dalam bentuk ilham atau ilmu. Konstribusi Ibn Arabi dalam mengkaji konsep wahyu dan takwil melengkapi metode tafsir yang hanya fokus pada teks dan konteks, tanpa melibatkan interaksi aktiv penafsir atau penakwil dan pewahyu. Serta membuka ruang baru bagi munculnya metode tafsir baru yang bersumber dari wahyu ilahi berupa ilham atau ilmu ladunni.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (PhD)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Abdillah, Muhammad Masykurmasykurabdillah02@gmail.comF03314013
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorRowi, Mohammad Roem--8855390019
Thesis advisorAziz, Husein--2003015601
Subjects: Tafsir > Tafsir Al Qur'an
Keywords: Wahyu Al Qur'an; Perspektif Ibn Arabi; wahyu dan takwil.
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir
Depositing User: Muhammad Masykur
Date Deposited: 04 Oct 2021 08:16
Last Modified: 04 Oct 2021 08:16
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/50512

Actions (login required)

View Item View Item