Pesan-pesan keagamaan serat Jangka Jayabaya perspektif teori strukturalisme semiotik A. Teeuw

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Agustya, Charisma Sindy (2022) Pesan-pesan keagamaan serat Jangka Jayabaya perspektif teori strukturalisme semiotik A. Teeuw. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Charisma Sindy Agustya_E02217009.pdf
Download (2MB)

Abstract

Kehidupan keagamaan di Indonesia masih menjadi polemik di masyarakat. Hal itu terjadi karena kurangnya pijakan ideal yang digunakan masyarakat dalam merespon konflik keagamaan. Dalam rangka meminimalisir permasalahan keagamaan dapat dilakukan penelitian terhadap sastra Jawa kuna yang memuat pedoman hidup. Salah satunya yaitu Kitab Qoraisyn Adammakna (Serat Jangka Jayabaya) merupakan salah satu karya sastra Jawa yang memuat jenis-jenis Serat Jangka Jayabaya dan setiap isi serat tersebut mengandung ajaran hidup yang mencakup kehidupan sosial budaya, kepercayaan, mistis, filosofis dan lain-lain agar dapat dimaknai oleh masyarakat. Pada Penelitian ini terdapat rumusan masalah tentang bagaimana pesan-pesan keagamaan yang terkandung dalam Serat Jangka Jayabaya dan bagaimana tinjauan strukturalisme semiotik menurut A. Teeuw terhadap pesan-pesan keagaman dalam Serat Jangka Jayabaya. Sehingga dapat diketahui tujuan penelitian ini untuk mengetahui pesanpesan keagamaan dalam Serat Jangka Jayabaya dan menganalisis pesan-pesan keagamaan dalam Serat Jangka Jayabaya menggunakan teori strukturalisme semiotik menurut A. Teeuw terdiri dari kode bahasa, kode sastra dan kode budaya. Adapun penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif bersifat kepustakaan (library research) karena jenis penelitian bersumber dari buku-buku atau literatur-literatur. Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa adapun pesanpesan keagamaan yang terkandung dalam Serat Jangka Jayabaya yaitu perintah untuk memperbaiki hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam. Menjaga hubungan antar umat beragama dengan memperhatikan perilaku dan lisan. Memperbaiki cara pandang masyarakat terhadap agama agar tidak ekstrem. Kemudian menurut analisis pesan-pesan keagamaan tersebut menggunakan kode bahasa, kode sastra dan kode budaya menghasilkan simbol dan makna ketuhanan, budi pekerti, pluralisme dan moderasi beragama.