Studi perbandingan mazhab terhadap istinbat hukum Fatwa MUI Pusat Nomor 14 Tahun 2021 dan Fatwa MUI Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2021 tentang penggunaan vaksin Astrazeneca

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Alfiah, Lailul (2022) Studi perbandingan mazhab terhadap istinbat hukum Fatwa MUI Pusat Nomor 14 Tahun 2021 dan Fatwa MUI Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2021 tentang penggunaan vaksin Astrazeneca. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
Lailul Alfiah_C95218032 ok.pdf

Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini diangkat berdasar atas perbedaan hasil dari kedua fatwa yang dikeluarkan oleh MUI Pusat dan MUI Jawa Timur tentang penggunaan vaksin Astrazeneca. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana hukum dan metode istinbāṭ hukum fatwa MUI Pusat Nomor 14 Tahun 2021 dan Fatwa MUI Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2021 tentang penggunaan vaksin Astrazeneca?, bagaimana analisis perbandingan mazhab terhadap istinbāṭ hukum Fatwa MUI Pusat Nomor 14 Tahun 2021 dan Fatwa MUI Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2021 tentang penggunaan vaksin Astrazeneca? Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini berbentuk penelitian kepustakaan (bibliography research) dengan menggunakan metode membaca, menelaah dan mengkaji sumber-sumber kepustakaan baik yang berbentuk cetak maupun digital yang relevan dengan penelitian ini. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis dengan menggunakan metode penelitian hukum Islam normatif dengan pendekatan komparatif dan menggunakan metode analisis data dekriptif analitis dengan pendekatan komparatif untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa hukum yang dihasilkan oleh MUI Pusat adalah haram dengan menggunakan konsep darurat syar’iyyah. Sedangkan hukum yang dihasilkan oleh MUI Jawa Timur adalah halal yang berarti boleh digunakan dengan menggunakan konsep istiḥālah. Hasil analisis perbandingan mazhab dari kedua putusan fatwa tersebut adalah mengacu pada pendapat mazhab Syafi’i bahwa benda yang awalnya najis bisa menjadi suci apabila mengalami perubahan alami. Untuk benda najis yang mengalami perubahan tidak alami, maka tidak bisa dikatakan benda tersebut suci. Juga mengacu kepada pendapat mazhab Hanafi dan Maliki yang berpendapat bahwa benda najis dapat menjadi suci apabila telah disucikan dengan cairan suci lainnya. Sehingga sifat najis pada benda najis tersebut menjadi hilang. Pada akhir penulisan ini, penulis mengharapkan bagi pembaca untuk dapat menambah pengetahuan tentang metode istinbāṭ yang digunakan oleh MUI Pusat dan MUI Jawa Timur tentang status hukum vaksin Astrazeneca sehingga tidak ada keraguan lagi untuk melakukan vaksinasi.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Alfiah, Lailullailulalfiah01@gmail.comC95218032
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorRiza, Kemala.kemal.riza.uinsby.ac.id2001077502
Subjects: Perbandingan Madzhab
Vaksinasi
Keywords: Vaksin Astrazeneca; Majelis Ulama Indonesia
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab
Depositing User: Unnamed user with email lailulalfiah01@gmail.com
Date Deposited: 10 Oct 2022 06:39
Last Modified: 10 Oct 2022 06:39
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/54390

Actions (login required)

View Item View Item