Unjuk rasa dalam perspektif Hukum Islam: studi komparatif pemikiran Yusuf al Qarḍawi dan Muḥammad bin Ṣalih al ‘Uthaymīn

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Putra, Moch Arif Perdana (2023) Unjuk rasa dalam perspektif Hukum Islam: studi komparatif pemikiran Yusuf al Qarḍawi dan Muḥammad bin Ṣalih al ‘Uthaymīn. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Moch Arif Perdana Putra_C95217038 OK.pdf
Download (1MB)

Abstract

Temuan dari penelitian ini adalah bahwa Yūsuf Al-Qarḍāwī berpendapat Yūsuf Al-Qarḍāwī memandang unjuk rasa sebagai fenomena sosial. Sehingga produk hukum yang terjadi adalah Ibahah (pembolehan) terhadap aksi ini. Sedangkan Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-‘Uthaymīn melihat banyak poin Ubudiyah yang dilanggar dalam unjuk rasa. Sehingga produk hukum yang dikeluarkan adalah Tahrim (pengharaman) terhadap aksi unjuk rasa.Yūsuf Al-Qarḍāwī dan Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-‘Uthaymīn memiliki persamaan dalam pandangan terkait unjuk rasa yakni Yūsuf Al-Qarḍāwī melarang jika unjuk rasa dilakukan secara anarkis atau rusuh, beliau menjelaskan tidak bisa menghilangkan kemunkaran dengan kemunkaran yang lebih besar. Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-‘Uthaymīn juga memiliki pendapat yang sama beliau secara jelas melarang aksi tersebut, sebab unjuk rasa merupakan pintu menuju kerusakan. Untuk perbedaan sudut pandang, Yūsuf Al-Qarḍāwī memiliki pendapat bahwa hukum unjuk rasa adalah makruh bukan haram, beliau menggali hukum berdasarkan kaidah fikih “segala sesuatu adalah boleh”, bahkan tergolong perbuatan amr ma’ruf nahi munkar sedangkan Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-‘Uthaymīn mengatakan bahwa hukum unjuk rasa itu haram dalam Islam sebab tidak ada contoh yang dilakukan oleh para salaf terdahulu.