This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Hikmah, Faiqotul (2023) Perbandingan penafsiran Imam Al-Zamakhshari dan Imam Al-QurtUbi tentang konsep kenajisan orang musyrik: study komperatif Qs. at-Taubah ayat 28 dalam Kitab Tafsir al-Kashshaf dan Tafsir al-Jami’ LiAhkami Alquran. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Faiqotul Hikmah_E73218036 OK.pdf Download (1MB) |
Abstract
Masa sebelum kedatangan Islam dikenal sebagai dengan zaman jahiliyah. Periode ini dianggap zaman kemunduran. Masyarakat yang masih mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minuman keras, berjudi, dan menyembah berhala. Di masa sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ka’bah dijadikan sebagai tempat penyembahan berhala. Setelah wafatnya Nabi Ibrahim, masyarakat Arab justru melenceng dari ajaran islam dan berbuat syirik dengan menyembah berhala. Penduduk Arab dahulunya menyembah Allah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Meskipun mereka mengerjakan haji, mereka lupa dengan ajaran tauhid yang sesungguhnya, sehingga membuat penyembah berhala semakin meluas dan Masjid Al-Haram dipenuhi dengan Berhala. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan semua berhala dimusnahkan ketika pembukaan kota Makkah. Pasca Fath Al-Makkah, orang-orang musyrik dilarang untuk melaksanakan haji dan umrah. Pelarangan ini bermula pada pemberian status najis pada bagi orang-orang musyrik. Kenajisan orang-orang musyrik yang disebut dalam ayat ini menurut sebagian mufassir diakibatkan oleh kesyirikan yang ada di dalam diri mereka itu najis, bukan najis terhadap badan dan diri mereka, melainkan sifat najis secara maknawi yaitu kesyirikan. Namun Al-Zamakhshari menyebutkan bahwa kenajisan mereka itu ada pada badan mereka sendiri, karena mereka tidak menghindari najis, dan tidak bisa bersesuci setelah membuang kotoran. Orang musyrik melalui ayat ini dilarang untuk mendekat Masjid Al-Haram pada tahun berikutnya, yaitu 10 H. Dalam artian, pada tahun 9 H mereka masih diperbolehkan untuk melaksanakan haji atau umrah. Namun setelah itu, mereka diharamkan untuk berhaji dan umrah. Karena setelah wafatnya Nabi Ibrahim AS masyarakan Arab melenceng dari ajaran tauhid dan berbuat kesyirikan dengan menyembah berhala yang berada di sekitaran Masjid Al-Hara>m. pelarangan ini diabadikan dalam Q.S at-Taubah (9) ayat : 28. Pendapat kedua mengatakan bahwa najis disini adalah najisnya batin mereka, karena mereka tidak beriman dan tidak menjauhi larangan Allah. dalam hal ini termasuk Imam Al-qurtubi, yang menyebutkan bahwa najis yang dimaksudkan dalam ayat ini bukanlah najis badan, karena orang kafir adalah suci badannya sebagaimana yang lain. Dengan dalil bahwa Allah menghalalkan menggauli istri Ahl Al-Kita>b. Namun, yang dimaksudkan pada ayat adalah najis maknawi, yaitu sifat atas kesyirikan mereka sebagaimana tauhid dan iman adalah kesucian, maka syirik adalah najis. Ayat ini juga menjelaskan bahwa orang-orang musyrik sebelumnya ialah penguasa di Bait Al-Haram, setelah Fath al-Makkah kepemimpinan berpindah kepada Nabi Muhammad dan orang-orang mukmin. Setelah nabi wafat, beliau meminta agar mereka diusir dari Hijaz, sehingga tidak ada dua agama. Semua itu bertujuan untuk menjauhkan orang kafir dari Masjid Al-Haram.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Ahlusunnah Waljama'ah Agama > Biografi Tokoh Kebersihan Agama > Agama dan Ilmu Pengetahuan |
||||||||
Keywords: | Najis; Musyrik; Alquran | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Faiqotul Hikmah | ||||||||
Date Deposited: | 19 Jul 2023 16:05 | ||||||||
Last Modified: | 19 Jul 2023 16:05 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/60232 |
Actions (login required)
View Item |