Analisis maqāṣid al-sharī’ah terhadap penolakan isbat nikah oleh Hakim di Pengadilan Agama Surabaya: studi perkara nomor : 2361/Pdt.P/2022/PA.Sby

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Nabilla, Tasya Maulida (2023) Analisis maqāṣid al-sharī’ah terhadap penolakan isbat nikah oleh Hakim di Pengadilan Agama Surabaya: studi perkara nomor : 2361/Pdt.P/2022/PA.Sby. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Tasya Maulida Nabilla_C91219148_OK.pdf
Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini menyimpulkan bahwa alasan hakim di Pengadilan Agama Surabaya untuk menolak permohonan isbat nikah ini ialah karena pernikahan yang terjadi antara pemohon I dengan pemohon II dianggap tidak sah secara agama dikarenkan tidak memenuhi salah satu rukun dalam pernikahan yakni dalam hal wali nikah yang tidak kapasitas, kapabilitas dan kewenangan untuk menjadi wali nikah. Ditinjau dari segi maqāṣid al-syarī’ah, bahwasanya isbat nikah ialah untuk kemaslahatan. Adapaun, kemaslahatan memiliki tiga tingkatan yakni 1) al-ḍarurīyāt, yang didalamnya isbat nikah ialah bertujuan untuk menjaga agama (hifdz din) yakni menjaga dari hal perzinaan, menjaga jiwa (hifdz nafs) untuk kesejahteraan keluarga, menjaga akal (hifdz ‘aql) untuk mempertegas suatu fakta hukum akibat pernikahan yang tidak tercatat., menjaga keturunan (hifdz nasl) dapat menjaga keturunan agar anak lahir dalam pernikahan yang tepat, menjaga harta (hifdz mal) membantu menyelamatkan sebagian hartanya dari pernikahan yang tidak sah secara agama, juga untuk memperjelas harta warisan terhadap ahli warisnya.. 2) al-ḥājīyāt merupakan sebuah bentuk laki-laki memuliakan perempuan dan menghargai kesakralan sebuah pernikahan adapun 3) al-taḥ-sinīyāt nya ialah untuk mengurangi angka pernikahan tidak tercatat di Indonesia. Sehingga, apabila ditinjau dari maqāṣid al-syarī’ah, pendapat Imam Syafi’i, hukum Islam dan hukum positif putusan Majelis Hakim tersebut sudah tepat.