Larung sesaji Gunung Kelud: interpetasi nilai-nilai agama dalam kontinuitas budaya: studi kasus Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Nafi'udin, Moch. Arif (2023) Larung sesaji Gunung Kelud: interpetasi nilai-nilai agama dalam kontinuitas budaya: studi kasus Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

This is the latest version of this item.

[img] Text
Moch. Arif Nafi'udin_A92219099.pdf

Download (4MB)

Abstract

Penelitian ini mengkaji tradisi "larung sesaji" di Gunung Kelud sebagai upaya untuk menjembatani budaya dan agama. Penelitian ini berfokus pada tiga rumusan masalah utama: (1) latar belakang sejarah larung sesaji dan signifikansinya dalam masyarakat lokal, (2) prosesi ritual larung sesaji dan makna simbolisnya dalam menghubungkan budaya dan agama, dan (3) dinamika perubahan sosial dalam masyarakat desa yang dipengaruhi oleh larung sesaji. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, termasuk observasi, wawancara, dan analisis dokumen, untuk mengumpulkan data dari anggota masyarakat yang terlibat dalam tradisi larung sesaji. dianalisis menggunakan pendekatan antropologi budaya dengan teori liminalitas dan komunitas anti-struktur Victor Turner untuk mengupas tradisi larung sesaji di Gunung Kelud serta teori kontruksi realitas sosial dan desekularisasi Peter L. Berger untuk memahami perilaku keagamaan dan religiusitas masyarakat Desa Sugihwaras khususnya, dan masyarakat sekitar pada umumnya. Hasil temuan lapangan disebutkan Gunung Kelud terletak di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri dengan mayoritas mata pencaharian masyarakat sebagai petani. Dalam ritual larung sesaji yang diadakan itu sendiri, diselimuti oleh banyak tradisi lisan yang berkembang di masyarakat. Pastinya, ritual larung sesaji yang diadakan oleh pariwisata dimulai sejak Bupati Sutrisno menjabat. Ritual larung sesaji di Gunung Kelud terdiri dari dua tahap, yaitu ritual komunal dan non-komunal. Ubo rampe ang telah dipersiapkan sarat akan makna dan nilai yang terkandung sebagai bentuk materialisasi doa. Dalam konteks kemasyarakatan, Islam dan Kristen merupakan agama yang dianut. Kaitan dengan religiusitas masyarakat Desa Sugihwaras, terdapat ragam kepercayaan dari sangat setuju, biasa saja, acuh tak acuh, bodo amat, hingga menentang adanya larung sesaji yang diadakan di Gunung Kelud dengan proporsi pemahaman masing-masing. Dapat disimpulkan, tradisi ritual larung sesaji yang diselenggarakan di Gunung Kelud mengalami perubahan nilai dari waktu ke waktu. Pada mulanya sebagai tolak bala’ sumpah Lembu Suro, kemudia berubah menjadi ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan terakhir bergeser kepada aspek ekonomi dan hiburan untuk khalayak ramai.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Nafi'udin, Moch. Arifarifnafi66@gmail.comA92219099
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorHajar, Imam Ibnuimamibnuhajar@gmail.com2006086802
Thesis advisorNuriyadin, Nuriyadinnuriyadin@hotmail.com2020017503
Subjects: Antropologi Budaya
Budaya - Agama
Kebudayaan Jawa
Keywords: Larung sesaji; Gunung Kelud; budaya; agama; pendekatan antropologi budaya; prosesi ritual
Divisions: Fakultas Adab dan Humaniora > Sejarah dan Peradaban Islam
Depositing User: Arif Nafi
Date Deposited: 24 Jul 2023 03:36
Last Modified: 25 Jul 2023 00:55
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/63665

Available Versions of this Item

Actions (login required)

View Item View Item