Komodifikasi agama pada layanan kedukaan di Grand Heaven Surabaya

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Putri, Erma Febrianty (2023) Komodifikasi agama pada layanan kedukaan di Grand Heaven Surabaya. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Erma Febrianty Putri_E72219040.pdf
Download (18MB)

Abstract

Kematian merupakan suatu keniscayaan dan adanya tidak dapat terelakkan dari setiap makhluk hidup. Sejauh ini, menyelenggarakan upacara kematian merupakan suatu hal yang penting bagi setiap agama atau kepercayaan. Namun, adanya tekanan psikologis yang dialami keluarga duka menjadi suatu hambatan dalam pengurusan jenazah dan penerimaan pelayat. Hal tersebut kemudian menjadi peluang bagi pelaku bisnis untuk menyediakan rumah duka beserta pelayanannya. Salah satu rumah duka yang cukup terkenal adalah Rumah Duka Grand Heaven Surabaya. Dari fasilitas-fasilitas yang diperlihatkan di media sosial tentunya terdapat tarif yang cukup tinggi. Namun karena pentingnya ritual kematian, layanan ini memunculkan sebuah komodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk layanan kedukaan di Grand Heaven Surabaya dan bagaimana komodifikasi agama dapat terjadi dalam layanan kedukaan di Grand Heaven Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam analisisnya peneliti menggunakan teori komodifikasi agama oleh Pattana Kitiarsa yang menjelaskan cara atau alasan yang mendasari terjadinya komodifikasi melalui tiga premis yang dipaparkan. Peneliti menemukan bahwa bentuk layanan kedukaan oleh Grand Heaven Surabaya adalah berupa disediakannya fasilitas-fasilitas mewah dan servis yang berkualitas dalam penyelenggaraan upacara kematian. Dan terjadinya komodifikasi agama pada layanan kedukaan tersebut didasari oleh masyarakat konsumen yang cenderung konsumtif, keinginan tampil beda sesuai kelas sosial sebagai pemenuhan identitas, pertemuan agama dan pasar dengan menempatkan layanan kedukaan sebagai komoditas dan dipasarkan layaknya produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Sehingga hubungan tersebut dapat mendorong terjadinya komodifikasi agama pada layanan kedukaan.