This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ro'is, Hakim (2024) Praktek taharah dan salat bagi penderita beser menurut mazhab Maliki dan mazhab Syafi'i. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Ro'is Hakim_C75219038 full.pdf Restricted to Repository staff only until 4 April 2027. Download (1MB) |
|
Text
Ro'is Hakim_C75219038.pdf Download (3MB) |
Abstract
Dalam menjalankan ibadah diharuskan dalam keadaan suci baik badan, pakaian, dan tempatnya. Namun, bagi beberapa orang ada yang tidak sanggup melakukannya karena menderita suatu gejala yang disebut beser, dimana orang tersebut tidak dapat mengendalikan dan menahan keluarnya air kencing. Skripsi yang berjudul “Praktek Taharah dan Salat Bagi Penderita Beser Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi’i” akan menjawab pertanyaan yang tersaji pada dua rumusan masalah, Yakni: bagaimana beser dalam tinjauan fiqh; dan bagaimana perbandingan praktek taharah, praktek salat, dan hukum bagi penderita beser menurut mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kompratif, yaitu penelitian yang memaparkan data asli yaitu pendapat mazhab Maliki dalam dua kitabnya al-Muntaqā Sharḥ al-Muwatṭa’ dan al-Istidhkār dengan pendapat mazhab Syafi’i dalam dua kitabnya Rauḍah at-Ṭālibīn dan al-Fatāwā al-Fiqhiyyah al-Kubrā tentang praktek taharah dan salat bagi penderita beser. Melalui data tersebut, peneliti akan melakukan analisis komparatif guna menemukan sebuah kesimpulan. Melalui penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat perbandingan mengenai praktek taharah, praktek salat, dan hukum antara mazhab Maliki dan mazhab Syafi’i. Mengenai praktek taharahnya keduanya memiliki perbedaan, mazhab Maliki berpendapat mensucikannya cukup memercikkannya dengan air. sedangkan mazhab Syafi’i berpendapat diawali dengan mensucikan kemaluannya dan menutupnya dengan kain atau pembalut. Mengenai praktek salat, mazhab Maliki berpendapat, orang yang menderita beser harus tetap melaksanakan salat dengan posisi berdiri, meskipun hadasnya telah mengalir. Sedangkan mazhab Syafi’i juga berpendapat, orang yang menderita beser salatnya dengan posisi duduk dengan tujuan supaya hadasnya tidak mengalir keluar. Mengenai hukum orang yang menderita beser, pertama orang yang menderita beser harus tetap mengerjakan salat dan yang kedua orang yang menderita beser najisnya hukumnya dimaafkan. Dengan kesimpulan yang ada di atas, penulis menyarankan kepada orang-orang yang penderita beser untuk mengambil pendapat dari mazhab Syafi’i, karena sebagai bentuk kehati-hatian untuk menjaga badan, pakaian, dan tempat dalam keadaan suci, serta mencegah supaya air kencing tersebut tidak meleber kemana-mana.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Fikih > Fikih Perbandingan Agama > Agama dan Ilmu Pengetahuan |
||||||||
Keywords: | Taharah; salat; penderita beser; mazhab Maliki; mazhab Syafi'i | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab | ||||||||
Depositing User: | Ro'is Hakim | ||||||||
Date Deposited: | 04 Apr 2024 05:14 | ||||||||
Last Modified: | 04 Apr 2024 05:14 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/69492 |
Actions (login required)
View Item |