MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI BAWANG MERAH AKSI PARTISIPATORI MENUJU SWASEMBADA BIBIT BAWANG MERAH DI DESA PEJOK KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Azizi et al., Alfi Choiron (2013) MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI BAWANG MERAH AKSI PARTISIPATORI MENUJU SWASEMBADA BIBIT BAWANG MERAH DI DESA PEJOK KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO. Penelitian KKN PAR.

[img]
Preview
Text
1. MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI BAWANG MERAH.pdf

Download (355kB) | Preview

Abstract

Mayoritas penduduk Desa Pejok merupakan petani bawang merah. Sebagai petani bawang merah, tentunya bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam hal ini, ada satu permasalahan yang selalu membelenggu masyarakat petani Desa Pejok. Bahwa selama hampir 10 tahun terakhir, penyediaan bibit bawang merah selalu bergantung pada bibit luar yaitu bibit dari Nganjuk. Ketergantungan pada bibit luar tersebut sangat berdampak pada sirkulasi perekonomian warga. Masyarakat Desa Pejok bermata pencaharian sebagai petani, terutama petani bawang merah. Hal itu terbukti dengan kondisi alam Desa Pejok yang mayoritas terdiri dari area pertanian. Desa Pejok sebenarnya banyak memiliki potensi yang cukup baik, namun banyak kendala yang menyebabkan desa ini tidak berkembang. Di antaranya, sulitnya pemasaran hasil panen, sehingga masyarakat Desa Pejok hanya mengandalkan harga jual tengkulak. Hal ini disebabkan karena sulitnya alat transportasi untuk mencapai kota serta susahnya alat komunikasi. Selain itu, masyarakat Desa Pejok kurang memiliki koneksi dari pihak luar untuk menjual hasil panen yang diperoleh Ketergantungan masyarakat pada bibit luar yakni dari daerah Nganjuk sangat mempengaruhi dan memberikan dampak bagi perekonomian petani Dusun Bronjong. Dampak pertama ketergantungan bibit luar berdampak pada biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani, salah satunya adalah pada harga bibit yang harus keluarkan petani, harga bibit Nganjuk cenderung berfluktuaktif atau sering berubah-ubah, apabila pada musim penghujan harga cenderung murah berkisar 6000 – 13000 perkilogram dan selain musim penghujan, maka harga bibit menjadi naik berkisar 15.000 – 25000 perkilogram, dan hal tersebut sangat menyulitkan bagi perekonomian petani. Oleh karena itu harapan petani adalah tidak bergantung atau mandirinya mereka dalam pengadaan bibit. Kurangnya kemampuan petani dalam hal pembibitan sangat mempengaruhi ketergantungan petani pada bibit luar, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman petani dalam hal pembibitan sehingga hal yang dibutuhkan petani adalah pengetahuan dan keterampilan petani dalam pengadaan bibit secara mandiri. Dampak kedua adalah kurang adanya kemandirian petani bawang merah Dusun Bronjong, mereka cenderung menyerah sebelum membibit sendiri. Hal tersebut dipengaruhi oleh pencitraan dari tengkulak atau penjual bibit bahwa bibit bawang merah dari Nganjuk lebih berkualitas dan lebih bagus dari bibit lokal atau bibit buatan sendiri. Sehingga petani pun menyadari setelah hasil yang didapat dari bibit luar memberikan hasil yang melimpah. Akan tetapi harga bibit luar atau bibit Nganjuk lebih mahal sehingga hasil pendapatan bersih setelah panen berkisar 52% dari pendapatan kotor dan setelah biaya yang dikeluarkan oleh petani. Oleh karena itu, jika bibit dapat diadakan secara mandiri, maka petani akan memperoleh penghasilan lebih besar.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Article
Creators:
CreatorsEmailNIM
Azizi et al., Alfi ChoironUNSPECIFIEDUNSPECIFIED
Subjects: Pertanian
Keywords: Petani; bawang merah
Divisions: Karya Ilmiah > Laporan Penelitian
Depositing User: Users 3213 not found.
Date Deposited: 30 Jun 2016 02:51
Last Modified: 30 Jun 2016 03:21
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/7175

Actions (login required)

View Item View Item