%T Relevansi pemaknaan hadith pada tradisi patah titi dalam masyarakat Aceh tentang mengambil waris anak yatim dalam hadis riwayat ibnu hibban no. indeks 5682 %X Tradisi merupakan suatu tindakan atau perlakuan sosial yang lahir dari masyarakat dan dilaksanakan secara turun temurun. Aceh sangat kental dengan tradisi atau adatnya sebab ada falsafah yang sangat terkenal dalam masyarakat yaitu “Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah”, sehingga apa yang terlaksana dalam masyarakat Aceh harus sesuai dengan syariat Islam. Tradisi patah titi merupakan suatu tradisi yang didalamnya membahas tentang perlakuan terhadap anak yatim yang ayahnya meninggal lebih dahulu sebelum kakek atau neneknya maka anak tersebut tidak dapat mewarisi atau menggantikan posisi ayahnya sebagai ahli waris pengganti. Hal tersebutlah yang melatar belakangi penelitian skripsi ini yang berjudul “Relevansi Pemaknaan Hadis Pada Tradisi Patah Titi Dalam Masyarakat Aceh Tentang Mengambil Waris Anak Yatim Dalam Hadi>th Riwayat Ibnu Hibban No. Indeks 5682”. Peran anak yatim sangat penting dalam perihal patah titi dikarenakan posisi anak tersebut sangat bergantung pada harta warisan dengan harta tersebut dia dapat memutar roda ekonomi kehidupannya. Sehingga permasalahan ini sangat relevan permasalahan tradisi ini dengan rumusan masalah diteliti oleh penulis yaitu, 1) Bagaimana keshahihan dan kehujjahan hadis riwayat Ibnu Hibban No. Indeks 5682? 2) Bagaimana pemaknaan hadis riwayat Ibnu Hibban dalam Kitab Sahih Ibnu Hibban No. Indeks 5682?, 3) Bagaimana praktek tradisi patah titi dalam pemutusan hak waris anak yatim di Aceh?, 4) Bagaimana relevansi tradisi Patah Titi di Aceh dengan hadis riwayat Ibnu Hibban dalam Kitab Sahih Ibnu Hibban No. Indeks 5682 menggunakan teori tindakan sosial Max Weber?. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah kualitatif, dengan menggunakan data utama yaitu kajian pustaka (literature review) dan data penguat yaitu wawancara sebagai data lapangan. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah larangan mengambil harta anak yatim yang berasal dari warisan kakeknya berdasarkan tradisi patah titi dengan penguatan dalam hadis yang diriwayat Ibnu Hibban. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan tradisi patah titi dalam menyelesaikan perkara harta warisan terhadap anak yatim harus dilihat lebih jauh terhadap konsekuensi yang diterima oleh anak tersebut, karena anak tersebut sangat bergantung pada harta warisan tersebut sebagai tonggak awal bagi dirinya agar dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan tidak berlaku zalim kepada anak tersebut atas dasar ingin menguasai atau mendapatkan harta berlebih dengan menggunakan adat atau tradisi sebagai pangkuannya. %A Cholis Miftahurrizaq %I UIN Sunan Ampel Surabaya %D 2025 %K Hadis; Pemaknaan Hadis; anak yatim; patah titi %L repository84806