This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tamam, M. Badrut (2016) Telaah penafsiran nafs wahidah dalam al Quran. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (288kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (455kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (488kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (461kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (539kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (514kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (531kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (371kB) | Preview |
Abstract
Dikalangan mufasir, penciptaan Hawa dari Nafs Wahidah masih menyimpan pertanyaan. Diantara pertanyaan yang mucul adalah problem penciptaan Hawa apakah diciptakan dari struktur Adam (Nafs Wahidah) atau bahkan bagian lain dari jenis Adam, lalu kapan Hawa diciptakan apakah setelah Adam diciptakan atau justru memang diciptakan lebih dahulu dari pada Adam dengan tujuan untuk mendekati Adam? Problem tersebut, seakan tidak menemukan titik terang, baik dari kalangan mufasir ataupun pemikir Islam. Berangkat dari permasalahan tersebut, skripsi ini mengupas mengenai persoalan proses diciptakannnya Hawa dari Nafs Wahidah. Sejalan dengan permasalahan tersebut, Al-Alusi dalam Tafsir Ruhul Ma’ani menjelaskan bahwa Hawa tercipta dari struktur yang berbeda dengan Adam, bukan bagian dari Adam alias bukan tercipta dari tulang rusuk Adam, seperti pemahaman yang selama ini dianut oleh kaum Nasrani dan Yahudi. Dalam Al-Quran kata Nafs Wahidah setidaknya terdapat dalam lima surat, diantaranya Qs An-Nisa 1, Qs Al-An’am: 98, Qs Al-A’raf 189, Qs Al-Luqman 28, Qs Az-Zumar 6, dan yang terahir. Dalam penafiranya, baik dari Hamka, Quraish, Sayyid Quthb, dan mufasir lainnya semuanya sepakat bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk (Nafs Wahidah), kecuali penafsiran Al-Luqman yang menafsirkan tentang satu jiwa. Dalam hal ini muafasir klasik dan modern sangat berbeda. Pendapat klasik seperti As-Suyuti, Ibnu Katsir dan mufasir klasik lainnya menyebutkan bahwa bahwa Hawa merupakan bagian Adam. Sedangkan mufasir modern seperi Muhammad Abduh mengatakan bahwa Hawa bukan merupakan bagian dari Adam dengan alasan-alasan tertentu. Maka dari itu, penulis akan memaparkan secara umum mengenai perbedaan penafsiran tersebut, baik dari segi tekstual dan kontekstualnya. Sebab, produk tafsir tergantung zaman. Setiap kapanpun bisa berubah, sesuai kebutuhan zaman. Untuk menyelesaikan problem penafsiran tersebut, disini penulis menggunakan kaidah Ulumul–Quran sebagai poros analisis agar tidak melenceng dari ril-ril agama Islam.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Tafsir > Tafsir Al Qur'an | ||||||||
Keywords: | Penciptaan Hawa; tulang rusuk | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Editor : Abdun Nashir------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||||
Date Deposited: | 27 Mar 2017 08:02 | ||||||||
Last Modified: | 23 Sep 2024 03:06 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/15983 |
Actions (login required)
View Item |