This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Syihabuddin, Mohammad (2017) Pemikiran majelis dzikir Hasan Ma’shum tentang tasawuf dan responnya terhadap dunia postmodern. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (161kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (224kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (238kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (348kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (301kB) | Preview |
|
Text
Bab 3.pdf Download (289kB) |
||
Text
Bab 4.pdf Download (554kB) |
||
Text
Bab 5.pdf Download (481kB) |
||
Text
Bab 6.pdf Download (533kB) |
||
Text
Bab 7.pdf Download (318kB) |
||
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (318kB) |
Abstract
Kondisi Postmodern menjadi sebuah keniscayaan bagi umat Islam pada khususnya dan masyarakat secara keseluruhan pada umumnya. Sebagai sebuah perlawanan terhadap kegagalan modernism kondisi postmodern telah membawa umat manusia pada sebuah capaian yang tiada akhir, kejenuhan, kegalauan, banalitas, hiper-realita, skizofrenia dan tentunya kegagalan dalam menghadapi kehidupan itu sendiri. Manusia di dunia postmodern dalam kehidupannya dihadapkan pada sebuah alienasi dan keniscayaan bencana ruhani tiada akhir. Pada konteks itulah berbagai spiritualitas digali guna menghadapi berbagai pertentangan dan ketidaksingkronan dunia itu, sehingga berbagai kegiatan yang bersifat spiritual menjadi lebih dekat, lebih digemari, dan lebih diminati. Terutama, kembali dipandangnya tasawuf sebagai alternatif untuk menghadapi berbagai persoalan tersebut. Namun, tasawuf yang dimunculkan merupakan tasawuf produk pemikiran manusia dan hasil dari sebuah teks yang merupakan dialektika dari suatu kebudayaan, bukan tasawuf hakiki yang memang bersumber dari Dzat-nya Allah. sehingga apa yang menjadi harapan sebetulnya hanya impian kosong yang tidak memberikan jawaban yang pasti tehadap kegalauan yang dihadapi kehidupannya. Akibatnya muncul kajatuhan ruhani baru dalam dunia postmodern yang dialami oleh umat Islam, mulai dari semua ‘polusi kehidupan’ hingga ‘penyakit kebudayaan’. Berangkat dari hal itulah Hasan Ma’shum tampil sebagai sebuah alternatif untuk menghadapi berbagai problem sosial di dunia postmodern. Sebagai sebuah Jama’ah Dzikir dan gerakan Tasawuf Hasan Ma’shum memberikan respon terhadap munculnya berbagai tantangan di dunia postmodern. Dengan berbekal pada tujuh metode pengembangan pendidikan tasawufnya Hasan Ma’shum mampu memberikan solusi yang efektif dan langsung mengena pada tujuan dari upaya membendung arus postmodern. Dalam mengupas respon Hasan Ma’shum terhadap dunia postmodern, teori strukturalisme genetis yang dicetuskan oleh Pierre F. Bourdieu telah memperjelas bahwa apa yang menjadi ajaran Hasan Ma’shum sebagai gerakan tasawuf lebih kongkret memberikan jawaban terhadap berbagai persoalan di dunia postmodern. Hal itu pun menolak pula terhadap tipologi tasawuf yang sudah jama’ menjadi kajian ilmiah, yakni akhlaki, amali, dan falsafi. Bagi Hasan Ma’shum tipologi tersebut justru menghilangkan makna asli tasawuf itu sendiri menjadi ajaran pemikiran yang bebas dibentuk dan dibuat tanpa harus menghiraukan asal usul munculnya. Dari sinilah kemudian diperjelas bahwa Hasan Ma’shum berupaya melestarikan keaslian tasawuf sekaligus memberikan respon terhadap dunia postmodern yang sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi umat Islam.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Tasawuf | ||||||
Keywords: | Pemikiran Tasawuf Hasan Ma'shum; Dunia Postmodern | ||||||
Divisions: | Program Magister > Filsafat Agama | ||||||
Depositing User: | MOHAMMAD SYIHABUDDIN | ||||||
Date Deposited: | 05 Oct 2017 08:49 | ||||||
Last Modified: | 05 Oct 2017 08:49 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/20500 |
Actions (login required)
View Item |