This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fatmarahadi, Shella Syakhfiani (2017) Tradisi malam satu suro di Ngebel Ponorogo: studi etnografi komunikasi. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (803kB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (501kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (977kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (1MB) | Preview |
|
Text
Bab 4.pdf Download (1MB) |
||
|
Text
Bab 5.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Terdapat satu fokus masalah pada penelitian ini yaitu, apa shared identity, shared meanings of public performances, dan paradoks dari tradisi malam satu suro di Ngebel Ponorogo. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, pada penelitian ini menggunakan mengunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi etnografi komunikasi (temuan Hymes) yang di kembangakan oleh Profesor Donal Carbaugh. Menurut Donal Carbaugh, etnografi komunikasi setidaknya mengangkat tiga masalah, yaitu : shared identity atau identitas bersama pada kelompok (tiga acara dalam tradisi malam satu suro: Istighasah, Larungan, Shalawat khataman Nabi), adanya rasa saling memiliki, pengakuan sejarah, dan tradisi turun-temurun yang tetap di laksanakan. Selain itu mereka juga memiliki tujuan yang sama, yaitu memohon keselamatan dan bentuk syukur pada Allah SWT, saling menjaga kerukunan antar kelompok atau sesama. Shared meanings of public performences, adanya makna bersama bagi seluruh elemen masyarakat, yang kemudian di tunjukkan dalam satu wadah yaitu larungan. Pada akhirnya dalam hal ini kelompok santri tidak sepenuhnya nyantri, mereka juga menyetujui adanya larungan yang telah termodifikasi dengan ajaran-ajaran Islam. Namun shared meanings bagi kelompok sangatlah kuat, seperti makna pada symbol-simbol, pujian, dan ritual yang dilaksanakan. Paradoks yang terlihat dalam tradisi ini adalah dua bentuk religiusitas yang saling berdampingan. Namun diantara keduanya tidak ada konflik atau masalah yang berarti. Selain itu, paradoks juga pernah terjadi di luar Ngebel, dari beberapa kalangan santri yang kurang setuju adanya larungan. Sejauh ini para pemegang tonggak ritual larungan tersebut berusaha untuk tetap mempertahankan tradisi yang telah turun temurun dengan beberapa pengembangan yang dekat dengan nilai-nilai Islam. Begitu banyak nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi tersebut, seperti pada shalawat khataman Nabi, pujian PAMU (Purwa Ayu Mardi Utama), dan Istighasah.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Masters) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Antropologi Budaya Dakwah > Dakwah - Islam Kebudayaan Jawa |
||||||
Keywords: | Tradisi; ritual; suro; dakwah; etnografi komunikasi | ||||||
Divisions: | Program Magister > Komunikasi dan Penyiaran Islam | ||||||
Depositing User: | fatmarahadi Shella syakhfiani | ||||||
Date Deposited: | 13 Oct 2017 06:29 | ||||||
Last Modified: | 13 Oct 2017 06:29 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/20601 |
Actions (login required)
View Item |