This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Indriawati, Meiyana (2010) Tradisi kremasi umat Katolik di Gereja Katolik Paroki St.Willibrordus Cepu. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Meiyana Indriawati_E02206008.pdf Download (1MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana deskripsi kremasi jenazah menurut Katolik, bagaimana proses ataupun tata cara kremasi jenazah menurut umat Katolik di gereja St. Willibrordus di Cepu serta bagaimana pandangan Gereja Katolik Paroki St Willibrordus di Cepu tentang kremasi. Guna menjawab permasalahan di atas penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan (observasi) wawancara (interview) dan studi dokumen yang selanjutnya dianalisis menggunakan metode interpretatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pada hakikatnya kremasi menurut orang-orang Tionghoa di kec. Cepu Kab. Blora, Jawa Tengah adalah pembakaran jenazah orang yang meninggal dunia di dalam suatu tempat yang disebut krematorium. Tata cara ataupun prosesinya terbilang sangat unik yaitu dengan cara memandikan jenazah orang yang meninggal, mengenakan pakaian pesta, kemudian memasukkannya ke dalam peti jenazah dengan segala prosesi ritual yang banyak sekali terkandung makna di dalamnya. Adapun makna simbolis yang terdapat dalam ritual ataupun upacara dalam kematian umat Katolik etnis Tionghoa adalah dalam berbisnis, orang Tionghoa merasa pantang mengunjungi ataupun dikunjungi orang- orang yang mengenakan pakaian dengan tanda kabung. Dan apabila berdagang mereka akan menutup tokonya beberapa hari selama masa berkabungnya belum selesai. Orang yang berkabung tidak boleh mengenakan pakaian yang berwama wami, hal ini menjadi kesuiitan tersendiri bagi mereka yang sedang berkabung. Selama berkabung, anak cucunya tidak diperbolehkan menikah, meskipun sudah terlanjur direncanakan. mendoakan dan memperingati arwah menurut rangkaian hari atau tahun yang meliputi hari ke-3, 7, 40,100,1 tahun, 2 tahun, 1.000 hari, dst. Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka saran yang diperlukan adalah: pertama, Kepada pihak Gereja hendaknya menyediakan lahan untuk krematorium supaya ketika ada kematian orang-orang Tionghoa yang berpindah keyakinan menjadi Katolik tidak perlu bersusah payah berangkat ke Rembang, Surabaya, ataupun Kediri hanya untuk melakukan ritual kremasi, karena terhitung biaya serta transportasi yang bisa dibilang cukup mahal untuk menjangkaunya. Kedua, Bagi mahasiswa Ushuluddin, hendaknya dengan adanya perbedaan ataupun persamaan segala bentuk aktivitas an tar umat beragama harus dijadikan sebagai bah an wacana dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Agama Perbandingan Agama Perbandingan Agama |
||||||
Keywords: | Tradisi: Kremasi; Katolik | ||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Perbandingan Agama | ||||||
Depositing User: | Editor : Arifah Wikansari------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||
Date Deposited: | 10 Jan 2018 02:23 | ||||||
Last Modified: | 10 Jan 2018 02:23 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/21881 |
Actions (login required)
View Item |