Pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadah remaja di rumah: studi kasus di SMP Islam Walisongo Desa Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Macfiroh, Luk Luil (2011) Pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadah remaja di rumah: studi kasus di SMP Islam Walisongo Desa Kedungmaling Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Lul Luil Macfiroh_D01207080.pdf
Download (6MB)

Abstract

Dalam masalah pendidikan, orang tua merupakan pendidik pertama dan utama memiliki peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak – anaknya, sebab Pendidik dalam Islam adalah orang – orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa). Pendidik juga mempunyai arti sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu melakukan tugas sebagai makhluk individu yang mandiri dan sekaligus sebagai makhluk social, serta mampu dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah (penguasa) Allah SWT dimuka bumi. Sebagai seorang pendidik utama dan pertama, orang tua wajib memberikan pendidikan yang baik dalam keluarga, terutama pendidikan ibadah. pendidikan ibadah dalam keluarga dimulai dengan mengajarkan shalat dan membaca Al-Qur’an. Mengajarkan shalat dan membaca Al – Qur’an merupakan langkah antisipasi awal dalam menghadapi perkembangan anak, terutama pada masa remaja yang sering disebut dengan fase negatif karena masa remaja sering ditandai dengan tidak atau belum labilnya emosi. Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui : (1) bagaimana tingkat pendidikan formal orang tua siswa – siswi kelas VII dan VIII SMP Islam Walisongo ?, (2) bagaimana keaktifan beribadah siswa – siswi kelas VII dan VIII SMP Islam Walisongo ?, (3) adakah pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadah sisiwa – siswi kelas VII dan VIII SMP Islam Walisongo ?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif, yaitu pengumpulan data berupa angka – angka dengan tujuan untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya yang ada di lapangan. Peneliti menggunakan Stratified Random Sampling dalam mengambil sampel, yaitu mengambil sampel secara acak berdasarkan strata siswa kelas VII dan kelas VIII sehingga diperoleh sampel sebanyak 71 siswa. Dalam Rangka memperoleh data yang dibutuhkan peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara dan angket. Berdasarkan analisis terhadap data penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) tingkat pendidikan orang tua siswa – siswi SMP Islam Walisongo tergolong tidak baik (rendah), (2) keaktifan beribadah siswa – siswi kelas VII dan VIII SMP Islam Walisongo tidak baik, (3) ada pengaruh tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadag siswa – siswi SMP Islam Walisongo. Berdasarkan analisis, diperoleh hitungan 22,735 sedangkan r tabel dengan jumlah responden 71 dapat diketahui memiliki dk = 9, pada taraf signifikansi 1% adalah 21,666. Jadi, r hitung lebih besar dari pada r tabel yang berarti hipotesis alternatif (ha) yang berbunyi ada pengaruh antara tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadah remaja (siswa – siswi kelas VII dan kelas VIII SMP Islam Walisongo) diterima. Sedangkan hipotesis nilai (Ho) yang berbunyi tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan formal orang tua terhadap keaktifan beribadah remaja (siswa – siswi kelas VII dan kelas VIII SMP Islam Walisongo) ditolak.