This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Hamzah, Choiron (2011) Dasar-dasar epistimologi ketuhanan: studi komparasi antara Jacques Derrida dan Muhammad Iqbal. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Choiron Hamzah_E01304032.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Dalam skripsi ini peneliti mencoba untuk meneliti persoalan-persoalan yang sampai saat ini masih menjadi wacana yang actual dan hangat dalam konteks filsafat zaman modem saat ini, maka peneliti ingin meneliti hal tersebut sehingga apa yang menjadi keresahan filsafat modem terpecahkan. Hal itu berkenaan dengan konsep ketuhanan Jacques Derrida dan Muhammad Iqbal. Konsep ini kemudian mencoba untuk memberikan sebuah kesegaran kepada filsafat yang sampai saat ini dalam Proses pencarian Tuhan oleh para filsuf terkadang dilumuri ego manusia yang seolah olah lebih tahu dari Tuhan akan letak dan eksistensi Tuhan. Akhimya, proses menemukan dan menghayati Tuhan berubah; memperdebatkan Tuhan, mengurusi Tuhan bahkan berdarah-darah karena Tuhan. Dengan logika yang sederhana sekali, fenomena di atas tidak masuk akal. Hal ini disebabkan oleh Tuhan tidak akan pemah sama dengan dunia ciptaan-Nya. Karena memang ketika seseorang menyadari eksistensi dirinya, maka timbulnya tanda tanyanya dalam hatinya sendiri tentang banyak hal. Dalam lubuk hati yang dalam, memancar kecenderungan untuk tahu perbagai rahasia yang masih merupakan misteri yang terselubung. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain, dari mana saya ini, mengapa saya tiba tiba ada, hendak kemana saya, dan lain-lain bisikan qolbu. Dari arus pertanyaan yang mengalir dalam bisikan hati itu, terdapat suatu cetusan yang mempertanyakan tentang penguasa tertinggi alam raya ini yang harus terjawab. Ketika pandangan diarahkan ke langit yang biru, maka hatipun bergetar, siapa yang menata langit dan membangunnya demikian kekar dan indah. Ketika malam kelam tenggelam, langit dihiasi dengan pesta cahaya bintang, mengalirlah perasaan romantis mengaguminya. Tetapi dibalik romantika itu, hati mencoba menelusuri siapa Dia yang menempatkan letak-letak bintang itu begitu permai, serasi dan memukau. Tatkala seseorang beranjak lebih dewasa dan mengenyam lebih banyak lagi pengalaman, maka kecenderungan untuk ingin tahu itu lebih keras lagi. Maka siapakah penguasa dibalik iradah dan kemampuan insan yang terbatas itu? Pada tahap ini, bukan saja naluri yang bergolak tetapi otak dan logika mul ai main untuk membentuk pengertian dan mengambil kesimpulan tentang adanya Tuhan. Demikianlah fithrah manusia bergolak mencari dan merindukan Tuhan, mulai dari bentuk yang dangkal dan bersahaja berupa perasaan sampai tingkat yang lebih tinggi berupa penggunaan akal (fisafat). Disini Kemudian Terminologi Jcques Derrida dalam pandanganya tentang Tuhan adalah Magnum Misterium, dengan artian bahwa Tuhan adalah misteri yang Maha transenden, yang tunggal, tidak dapat didefinisikan dengan sebuah bahasa apapun, Tuhan pun tidak terbatas, hal ini juga mengugah filosof dari Pakistan yaitu Muhammad Iqbal yang Tuhan dalam pandangan adalah Maha Esa, dan maha Tunggal serta tak terbatas, dan ketidak terbatasan Tuhan adalah intensif, dan bukan ekstensif, dengan artian bahwa Tuhan tidak dapat diketahui keberadaan-Nya.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Teologi | ||||||
Keywords: | Epistimologi ketuhanan; Jacques Derrida; Muhammad Iqbal | ||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Aqidah Filsafat Islam | ||||||
Depositing User: | Editor : Abdun Nashir------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||
Date Deposited: | 28 Jun 2018 04:44 | ||||||
Last Modified: | 28 Jun 2018 04:44 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/25315 |
Actions (login required)
View Item |