This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Rosidin, Rizal Nasfaur (2015) ANALISIS FIKIH JINAYAH TERHADAP PANDANGAN KYAI DI JOMBANG TENTANG HUKUMAN BAGI PELAKU MAIRIL DAN SEMPET DIKALANGAN SANTRI. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (14MB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (209kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Isi.pdf Download (311kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (411kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (440kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (392kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (309kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (262kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (504kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini adalah hasil penelitian mengenai “ANALISIS FIKIH JINAYAH TERHADAP PANDANGAN KYAI DI JOMBANG TENTANG HUKUMAN BAGI PELAKU MAIRIL DAN SEMPET DIKALANGAN SANTRI”. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai 1. Bagaimana perilaku mairil dan sempet dikalangan santri, 2. Bagaimana pandangan kyai di jombang tentang hukuman bagi pelaku mairil dan sempet dikalangan santri, 3. Bagaimana analisis fikih jinayah terhadap pandangan kyai di jombang tentang hukuman bagi pelaku mairil dan sempet dikalangan santri. Dalam menjawab permasalahan yang ada, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, dengan cara interview (wawancara), observasi dan data dari perpustakaan, setelah data terkumpul dan kemudian data diolah dengan teknik
editing, organizing, dan coding. Kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif analisis yaitu dengan pola pikir induktif untuk memperoleh kesimpulan dan analisis menurut hukum islam. Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilaku homoseksual atau dalam kalangan santri biasa disebut dengan istilah mairil dan sempet jelas dilarang, karena bertentangan dengan kodrat sebagai seorang manusia, bahwasannya Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan agar berpasang-pasangan. Dalam Al Qur’an, diceritakan sifat-sifat kaum Nabi Luth yang terkenal dengan homoseksual.
Mereka tidak mau mengawini perempuan, karena mereka lebih tertarik pada sejenisnya sendiri. Menurut pendapat kyai maupun ustad di jombang telah sepakat melarang perbuatan suka sesama jenis dan sepakat memberikan hukuman ta’zir
bagi pelaku yang melakukan perbuatan tersebut. Ta’zir dapat dipahami atas perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had atau kafarat. Hukuman yang tidak ditentukan ukurannya atau kadarnya, artinya untuk
menentukan batas terendah dan batas tertinggi diserahkan sepenuhnya oleh hakim. Dalam pesantren hukuman ta’zir adalah hukuman yang melanggar aturan pondok pesantren. Ta’zir disini lebih diartikan sebagai bentuk hukuman yang berupa kekerasan fisik. Bentuknya bisa bermacam-macam tergantung kebijakan masing masing pesantren. Dalam menyimpulkan permasalahan diatas maka penulis memberikan saran bahwa Sanksi-sanksi dalam hukum pidana islam dapat dijadikan acuan atau menetapkan sanksi terhadap pelaku mairil dan sempet dikalangan santri. Dan juga Hendaklah para kyai dan ulama selalu memberikan penyuluhan serta pendidikan terhadap generasi muda tentang ajaran agama islam sehingga lambat laun perilaku mairil dan sempet yang terjadi kalangan santri sudah tidak dilakukan lagi
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | Imam Amrusi Jailani | ||||||
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Fikih > Fikih Jinayah Hukum |
||||||
Keywords: | Analisis fiqih Jinayah; Hukum; Santri | ||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Siyasah Jinayah | ||||||
Depositing User: | Users 283 not found. | ||||||
Date Deposited: | 18 Jan 2016 04:01 | ||||||
Last Modified: | 19 Jan 2016 04:30 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/3448 |
Actions (login required)
View Item |