This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Taufiqoh, Ismatut (2010) Studi kualitas hadis tentang bercumbu dengan istri yang sedang Haid dalam Sunan Abi Dawud Nomor Indeks 273. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Ismatut Taufiqoh_E03303008.pdf Download (3MB) |
Abstract
Persoalan Bercumbu dengan istri yang sedang haid ini berbeda pendapat, ada yang mengatakan boleh apabila suami tidak sampai melakukan jima' terhadap istrinya dan ada pula yang mengatakan haram meskipun suami tidak melakukan jima' (persetubuhan) terhadap istrinya karena dikhawatirkan suami tidak dapat (tidak bisa) menahan syahwatnya untuk melakukan persetubuhan Gima'). Penelitian ini mencoba menjawab persoalan tentang nilai Hadis tentang bercumbu dengan istri yang sedang haid dalam Sunan Abi Dawud, untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah, bagaimana kualitas sanad dan matan Hadis tentang bercumbu dengan istri yang sedang haid dalam Sunan Abi Dawud? Apakah Hadis tersebut dapat dijadikan hujjah? Dan bagaimana pemaknaan Hadisnya? Adapun untuk membahas permasalahan di atas diperlukan data primer yang diperoleh dari kitab-kitab maupun buku-buku yang secara khusus membahas tentang inti atau pokok masalah, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku buku yang digunakan sebagai pendukung permasalahan pokok yang dibahas, dan untuk menganalisis data tersebut peneliti menggunakan metode kritik sanad dan metode kritik matan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hadis tentang bercumbu dengan istri yang sedang haid dalam Sunan Abi Dawud bemilai Shahih Ii Dzatihi karena sudah memenuhi kriteria Hadis Shahih. Sedangkan dari segi matannya juga dapat dikatakan Shahih karena tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, Al Hadis yang lebih kuat dan akal sehat sehingga Hadisnya dapat dijadikan hujjah serta dapat diamalkan (maqbul ma'mul bih). Mengenai pemaknaan Hadis di atas, diketahui bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam hal penyebutan lafadz an ta 'tazira fy fauri haidlatiha oleh riwayat Imam Muslim dan lbnu Majah, kemudian lafadz an tattazira .fy fauri haidlatiha oleh riwayat Imam Bukhari, sedangkan lafadz ya 'muruna .fy fauhi haidlatina an nattazira oleh riwayat Abu Dawud, hal itu sama sekali tidak membawa pada perbedaan makna yang konotasinya kembali pada "kemudian beliau (Rasulullah) mencumbu kami (para istrinya)."
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Wanita dalam Islam | ||||||||
Keywords: | Kualitas hadis; bercumbu dengan istri; Haid | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Tafsir Hadis | ||||||||
Depositing User: | Editor : Abdun Nashir------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||||
Date Deposited: | 05 Sep 2019 07:38 | ||||||||
Last Modified: | 05 Sep 2019 07:38 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/35604 |
Actions (login required)
View Item |