This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ridlo, Miftakhur (2010) Sinkrctisme pada tradisi Suroan di Petilasan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Miftakhur Ridlo_A32206001.pdf Download (5MB) |
Abstract
Penelitian ini membahas tentang Sinkretisme Pada Tradisi Suroan di Petilasan Sri Aji Jayabaya desa Menang kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Fokus yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana pelaksanaan tradisi suroan di petilasan Sri Aji Joyoboyo Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri dan bagaimana Sinkretisme yang nampak dari pelaksanaan tradisi suroan tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian diatas, peneliti mnggunakan pendekatan antropologi dengan memahami budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat Menang. Kata dan tindakan yang diperoleh melalui informan merupakan sumber utama ditambah dokumen tertulis. Keseluruhan data tersebut diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Keseluruhan data kemudian dijadikan sebagai penguat dari informasi dan pengamatan kemudian juga dianalisa secara spesifik. Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Pelaksanaan Tradisi Suroa n di Pctilasan Sri Aji Joyoboyo berupa : Acara pada rnalam satu soro meliputi kenduri dan mele'an di petilasan Sri Aji Joyoboyo, dan acara pada tanggal satu suro meliputi scrangkaian kegiatan upacara yang di ikuti iring-iringan barisan mulai dari Kelurahan menuju ke Petilasan dengan rangkaian upacara yaitu rnenghaturkan keinginan keinginan penyelenggaraan upacara ziaroh, mengheningkan cipta, munjuk atur, tabur bunga, caos dahar, peletakan pusaka , pembacaan doa, munjuk lengser, pengambilan pusaka, caos dahar, penutup, yang kemudian dilanjutkan upacara di pamuksan berlanjut menuju sendang Tirto Kamandanu. Sinkrctisme Dalam Tradisi Suroan di Petilasan Sri Aji Jayabaya berupa: Adanya doa yang dipanjatkan pada acara selamatan malam satu suro, istilah munjuk atur dan munjuk lengser pada upacara selamatan malam satu suro. Istilah munjuk atur dan munjuk lengser pada upacara satu suro baik dipamuksan maupun sendang tirto kamandanu yang menggunakan kalimat-kalimat Gusti Engkang Moho Kuaos dan Gusti Engkang Moho Agung, maksudnya adalah sebutan Jawa yang predikatnya Kepada dzat yang Maha Kuasa yaitu allah SWT.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Tradisi Islam | ||||||||
Keywords: | Sinkretisme; Tradisi Suroan | ||||||||
Divisions: | Fakultas Adab dan Humaniora > Sejarah dan Peradaban Islam | ||||||||
Depositing User: | Editor : Abdun Nashir------ Information------library.uinsby.ac.id | ||||||||
Date Deposited: | 09 Dec 2019 07:05 | ||||||||
Last Modified: | 09 Dec 2019 07:05 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/36267 |
Actions (login required)
View Item |