This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Qolyubi, M. (2000) BATASAN MARADL DAN SAFAR YANG MEMBOLEHKAN BERBUKA PUASA MENURUT MADZHAB SYAFI’I DAN MADZHAB HANAFI. Undergraduate thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
|
Text
Cover.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Abstrak.pdf Download (7kB) | Preview |
|
|
Text
Daftar isi.pdf Download (824kB) | Preview |
|
|
Text
Bab 1.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 2.pdf Download (3MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 3.pdf Download (3MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 4.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Bab 5.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
Daftar Pustaka.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Diantara masalah yang dibolehkan oleh syara’ bagi seseorang untuk berbuka puasa adalah karena maradl (sakit) dan safar (mengadakan perjalanan) seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 184. Namun sesuai dengan karakteristik al-Qur’an sebagai kitab pedoman hidup yang relevan dengan segala situasi dan kondiisi zaman yang terus berubah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana batasan maradl dan safar yang membolehkan berbuka puasa menurut madzhab Syafi’i dan madzhab Hanafi, bagaimana persamaan dan perbedaan batasan maradl dan safar yang membolehkan berbuka menurut keduanya dan apa faktor penyebab terjadinya persamaan dan perbedaan keduanya serta pendapat manakah yang lebih memiliki relevansi terhadap kemaslahatan pada masa sekarang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui batasan maradl dan safar yang membolehkan berbuka puasa menurut madzhab Syafi’i dan madzhab Hanafi, mengetahui persamaan dan perbedaan batasan maradl dan safar yang membolehkan berbuka menurut keduanya dan mengetahui faktor penyebab terjadinya persamaan dan perbedaan keduanya serta mengetahui pendapat mana yang lebih memiliki relevansi terhadap kemaslahatan pada masa sekarang.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
1.Batasan maradl yang membolehkan berbuka puasa menurut madzhab Syafi’i yakni orang sakit yang khawatir akan dirinya jika puasa bertambah parah sakitnya. Sedangkan menurut madzhab Hambali yakni orang yang sehat khawatir terhadap suatu penyakit berdasarkan indikasi, pemberitahuan dari dokter dan sebagainya. Batasan safar menurut madzhab syafi’i yakni jarak perjalanan yang ditempuh selama 2 hari atau 16 fasakh sekitar 81 km. Sedangkan menurut madzhab Hanafi yakni selama 3 hari 3 malam atau 24 fasakh sekitar 123 km.
2.Masalah maradl penulis lebih sepakat dengan pendapat Hanafi. Sedangkan masalah safar penulis tidak sepakat dengan keduanya sebab kurang relevan jika dikaitkan dengan masa sekarang
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Additional Information: | Suwito | ||||||
Creators: |
|
||||||
Subjects: | Perbandingan Madzhab Puasa |
||||||
Keywords: | Maradl; Safar; Berbuka Puasa; Madzhab Syafi’i; Madzhab Hambali | ||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab | ||||||
Depositing User: | Mr Sulaiman Sulaiman | ||||||
Date Deposited: | 04 Feb 2016 06:09 | ||||||
Last Modified: | 04 Feb 2016 06:09 | ||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/4469 |
Actions (login required)
View Item |