This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Rifai, Ach (2021) Hayat wali perspektif Imam Thabari dalam Tafsir Jamiul Bayan An Tawil Ay Al-Qur'an. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Ach Rifai_E93216095.pdf Download (2MB) |
Abstract
Salah satu konsep yang diajarkan oleh Alquran yakni tentang kematian. Ia merupakan sebuah misteri yang tak dapat diungkap secara ilmiah. Bagi umat Islam, mereka beranggapan bahwa tiap langkahnya adalah wasilah kepada ketiadaan. Mereka yakin sesungguhnya dirinya merupakan kepunyaan Allah maka mutlak kelak berpulang menuju hadiratNya. Menurut pandangan masyarakat, orang-orang mempercayai bahwa ada salah satu jenis yang ia tidak pernah mati, yakni wali Allah. Berdasar pada pengalaman mereka pribadi, ia berani menyimpulkan bahwa para wali Allah itu mempunyai kekeramatan yang tidak bisa dimiliki oleh manusia biasa. Seperti dapat di temui oleh orang yang masih hidup. Hal ini pernah diceritakan oleh Gus Mus ketika dikunjungi oleh Gus Dur. Waktu itu Gus Dur berpamitan pulang untuk menemui kakeknya, padahal kakeknya sudah wafat berapa puluh tahun silam. Penelitian ini ingin menelusuri lebih dalam tentang bagaimana sebenarnya Alquran menginformasikan tentang hayat Wali Allah, apakah mereka benar-benar hidup meskipun jasadnya telah mati. Selain itu penelitian ini juga ingin menjadi argumen kepada mereka yang enggan menerima tentang keistimewaan para Wali Allah. Penelitian ini memakai metode kualitatif yang dalam hal data, diambil dari sumber penelitian kepustakaan. Adapun sumber tafsir yang digunakan dalam penelitian ini adalah tafsir al-Thabari karya Imam Thabari. Sebagai penunjang menggunakan buku-buku dan jurnal yang sesuai dengan pembahasan. Penulis memakai teori maudhui tokoh milik Abdul Mustaqim sebagai pembedah bagaimana pemikiran Hayat Wali menurut Imam Thabari. Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa hal: pertama, Wali merupakan seseorang yang memiliki iman dan ketakwaan yang lebih dibanding dengan hamba-hamba yang lain. Wali dalam Alquran diterangkan secara detail pada QS. Yunus 62-63. Di terangkan bahwa para wali tiada kesusahan dan kesedihan hati. Kedua, Hayat wali merupakan wali-wali yang dalam pandangan masyarakat umumnya ia telah wafat namun ternyata ia tetap hidup. Ia tetap merasakan kenikmatan seperti halnya saat di dunia. Namun karna hal itu merupakan disisi Allah maka masyarakat umumnya tidak merasakan hayat wali tersebut. Hal ini telah diterangkan pada penafsiran Imam Thabari QS. Al-Baqarah 154 bahwa mereka yang mati itu bukan hanya khusus bagi para syuhada’ saja, namun juga umumnya masyarakat yang beriman atau yang mukmin. Maka dapat disimpulkan bahwa para wali Allah ialah salah seorang yang memiliki iman pada Allah.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Tafsir | ||||||||
Keywords: | Alquran; Kematian; Wali; Tafsir Thabari; Hayat Wali. | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Ach Rifa'i | ||||||||
Date Deposited: | 23 Mar 2021 01:00 | ||||||||
Last Modified: | 23 Mar 2021 01:00 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/47084 |
Actions (login required)
View Item |