This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Nawawi, Nawawi (2020) Moderasi Beragama pada Masyarakat Inklusif Kota Batu: studi konstruksi sosial. PhD thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Text
Nawawi_F23416174.pdf Download (3MB) |
Abstract
Munculnya paham keagamaan ekstrem telah mengancam kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Kota Batu yang multi etnis, ras, budaya dan agama memiliki potensi terseret pola keagamaan ekstremisme. Namun demikian, hal itu tidak terjadi. Masyarakat inklusif Kota Batu mempunyai konstruksi sosial yang menjadikan kehidupan yang rukun dan harmonis tetap terjaga. Melalui metode kualitatif dengan pedekatan fenomenologis, serta menghadirkan pisau analisis teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann, penelitian ini ingin mengungkap secara mendalam; bagaimana persepsi masyarakat inklusif Kota Batu terhadap moderasi beragama, realitas sosial apa saja yang menjadi pondasi langgengnya kerukunan dan keharmonisan kehidupan masyarakat, serta bagaimana realitas-realitas tersebut mengkonstruksi sehingga terwujud moderasi beragama pada masyarakat inklusif Kota Batu. Penelitian ini menemukan, terdapat 3 pondasi yang mengkonstruksi kehidupan masyarakat inklusif Kota Batu sehingga terwujud moderasi beragama. Yaitu: persepsi, pemahaman dan kesadaran individu, budaya dan tradisi, serta peran agen. Ketiga pondasi tersebut berjalan secara simultan dan dialektis melalui momen ekternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Pada momen eksternalisasi, kesadaran individu bahwa secara ekologis dan antropologis, lingkungan sosialnya tidak ingin dirusak, serta pemahaman terhadap teks agama – sumber nilai-nilai moderasi beragama- mengejawantah dalam realitas sosial. Pada momen objektivasi, terjadi interaksi intersubjektif yang berulang-ulang antara pemahaman dan kesadaran individu terhadap moderasi beragama dengan realitas sosial, sehingga terjadi habbitualization dan institusionalization, berupa tradisi weweh, anjangsana, sayan, pangruktilayon, bari’an, bersih desa, bakti sosial. Dalam upaya memberi legitimasi dan melanggengkan tradisi-tradisi tersebut diperlukan peran agen. Sekaligus agen ini merupakan pengejawantahan pemahaman dan kesadaran individu di atas. Pada momen internalisasi, ditandai adanya proses penyerapan kembali nilai-nilai mederasi beragama yang terkandung dalam tradisi ke dalam diri individu sehingga menjadi kesadaran baru individu. Dari kesadaran baru ini muncullah desa sadar kerukunan dan saberspungli. Penelitian ini sekaligus mengkritik pandangan Durkheimin dan Weberian tentang relasi individu dan masyarakat, juga mengkritik teori Geertz yang melihat hubungan budaya dengan agama bersifat sinkritis, dan Woodward, yang bercorak akulturatif. Penelitian ini menemukan hubungan keduanya bercorak kolaboratif harmonistik yang pada akhirnya dapat mengkonstruksi moderasi beragama.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (PhD) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||||||
Contributors: |
|
||||||||||||
Subjects: | Budaya - Agama Kerukunan Beragama Pluralisme |
||||||||||||
Keywords: | Moderasi beragama; Konstruksi sosial; Kota Batu; Keragamaan; Harmoni | ||||||||||||
Divisions: | Program Doktor > Studi Islam | ||||||||||||
Depositing User: | Nawawi Nawawi | ||||||||||||
Date Deposited: | 07 May 2021 00:14 | ||||||||||||
Last Modified: | 07 May 2021 00:14 | ||||||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/47753 |
Actions (login required)
View Item |