This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Yolanda, Yue Sevin Eva (2022) Tinjauan fiqh siyasah terhadap putusan Mahkamah Konstitusi nomor 58/PUU-XVII/2019 tentang syarat usia calon kepala Daerah. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Yue Sevin Eva Yolanda_C94218110.pdf Download (3MB) |
Abstract
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yakni suatu jenis penelitian dengan objek kajiannya berpedoman pada norma atau kaidah dasar, asas-asas hukum, peraturan perundang-undangan, perbandingan hukum, doktrin serta yurisprudensi. Data dikumpulkan menggunakan teknik library research. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang selanjutnya disusun secara sistematis sehingga menjadi data yang konkrit mengenai putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-XVII/2019. Selanjutnya data tersebut ditinjau menggunakan teori fiqh siyasah. Hasil penelitian ditemukan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 58/PUU-XVII/2019 tentang syarat usia Calon Kepala Daerah menurut Pasal 7 ayat (2) huruf e UU No. 10 Tahun 2016 tentang Pilkada tidak bertentangan dengan Undang Undang Dasar 1945 dan memiliki kekuatan hukum mengikat. Dalam kaitannya dengan kriteria usia, UUD 1945 tidak menentukan batasan usia minimum tertentu sebagai kriteria yang berlaku umum untuk semua jabatan atau aktivitas pemerintahan. Dalam tinjauan fiqh siyasah, Putusan MK yang menyerahkan penetapan batas usia kepada pembuat undang-undang untuk mengaturnya sejalan dengan siyasah dusturiyah yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan negara. Syarat menjadi pemimpin haruslah baligh karena menunjukkan kedewasaan seseorang. Namun, untuk mengatur dan mengurusi urusan umum diperlukan kompetensi dan kapasitas sebagai pemimpin dan penguasa. Sejalan dengan kesimpulan yang dibuat penulis bahwa dengan adanya peraturan tersebut, maka semua Calon Kepala Daerah dapat berkompetisi dalam pemilukada secara jujur dan adil sehingga terciptanya demokrasi yang berkualitas. Dan terhadap warga negara yang taat atas hukum maka seharusnya mematuhi putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi. Serta bagi pembentuk undang-undang agar lebih terbuka lagi dalam menafsirkan aturan mengenai batas usia Calon Kepala Daerah, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Fikih > Fikih Siyasah Kepala Daerah |
||||||||
Keywords: | Fiqh siyasah; calon kepala daerah; pembatasan usia; judicial review | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Tata Negara Islam | ||||||||
Depositing User: | Yue Sevin Eva Yolanda | ||||||||
Date Deposited: | 21 Jul 2022 03:26 | ||||||||
Last Modified: | 21 Jul 2022 03:26 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/54196 |
Actions (login required)
View Item |