Mengungkap makna pendapatan dalam perspektif Sopir bus di masa pandemi COVID-19: Studi Fenomenologi pada Sopir bus di Terminal Paciran Lamongan

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Alfaini, Ihda Izzatul (2022) Mengungkap makna pendapatan dalam perspektif Sopir bus di masa pandemi COVID-19: Studi Fenomenologi pada Sopir bus di Terminal Paciran Lamongan. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Ihda Izzatul Alfaini_G72218039 OK.pdf
Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam mengenai makna pendapatan menurut perspektif sopir bus angkutan kota di terminal Paciran di masa pandemi COVID-19. Dalam penelitian ini makna pendapatan dibentuk oleh lingkungan para sopir bus angkutan kota. Melalui pendekatan kualitatif dengan paradigma interpretif fenomenologi transendental Husserl, bentuk-bentuk pengalaman sosial dari perspektif informan yang mengalaminya secara langsung digali dengan wawancara lebih dalam. Metode fenomenologi menekankan pada makna yang muncul dari setiap pengalaman dan kesadaran individu. Terdapat tiga informan yakni Bapak Heri, Bapak Ainul Yaqin, dan Bapak Roziqin. Tahapan teknik analisis data dimulai dengan mengidentifikasi noema atau analisis tekstual. Selanjutnya peneliti melakukan bracketing (pemberian tanda kurung) atau analisis struktural berdasarkan identifikasi noema. Tahapan tersebut dilakukan sebagai tingkat pemaknaan mendalam (noesis). Hubungan antara noema dan noesis memberikan pemahaman yang disebut dengan intentional analysis. Terakhir peneliti akan mendapatkan ide yang dilandasi seluruh kesadaran murni tersebut yang disebut eidetic reduction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki makna terhadap pendapatan yang berbeda-beda. Pendapatan dimaknai sebagai berikut: pendapatan sebagai bentuk materi yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dan tabungan masa depan, pendapatan sebagai bentuk non materi yaitu pendapatan kepuasan batin dengan merasa senang karena membantu penumpang yang membutuhkan transportasi, dan pendapatan sebagai bentuk spiritual yaitu dengan menerapkan tarif “fleksibel” kepada para penumpang yang benar-benar membutuhkan transportasi dengan tujuan kemanusiaan, hal tersebut beliau percaya bahwa beliau akan mendapatkan rezeki yang lebih dari apa yang diberikan kepada orang lain karena rezeki sudah ada yang mengatur.