Hegemoni Aparatus Pemerintah dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata: perspektif Antonio Gramsci

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Romadon, Hakam Maulana (2022) Hegemoni Aparatus Pemerintah dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata: perspektif Antonio Gramsci. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Hakam Maulana Romadon_A04218009.pdf
Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini berfokus terhadap penelitian sosiologi sastra yang memiliki peran memahami pengaruh sosial masyarakat, sastra dan secara spesifik memahami konsep hegemoni Antonio Gramsci. Disajikan dalam penelitian novel berjudul Sirkus Pohon karya Andrea Hirata dikaji dengan pendekatan teoretis Analisis Hegemoni Antonio Gramsci. Dalam konsep teoretis hegemoni, dirumuskan beberapa unsur. Antara lain: (1) Hegemoni Kelas Berkuasa. (2) Hegemoni Budaya. (3) Ideologi Tokoh. (4) Peran Intelektual. (5) Peran Negara. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran deskriptif mengenai hegemoni kelas berkuasa, hegemoni budaya, ideologi tokoh, peran intelektual, dan peran negara dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata. Metode yang diaplikasikan terhadap penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dan sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang sesuai dengan fokus permasalahan. Data tersebut berupa teks frasa, kalimat maupun paragraf dalam novel Sirkus Pohon karya Andrea Hirata diiringi dengan teknik pengumpulan data baca dan catat. Hasil dari penelitian menampilkan beberapa Analisis. Yaitu; Pertama, Hegemoni Kekuasaan yang dilakukan oleh para pemilik dominasi kuasa terhadap sosial masyarakat. Kedua, Hegemodi budaya mencakup tradisi, kepercayaan serta kebudayaan masyarakat. Ketiga, ideologi yang tertanam dalam tokoh utama Sobri, tokoh tambahan; Tara, Tegar, Taripor dan Dinda serta tokoh-tokoh pembantu dalam novel berbentuk humanisme, kapitalisme, sosialisme, feodalisme, patriarki otoritarianisme dan lain-lain. Keempat, Peranan tokoh kaum intelektual yang meliputi dua macam. Yaitu; tokoh kaum intelektual organik dan tokoh kaum intelektual tradisional. Kelima, peranan negara yang terbagi atas dua wilayah. Yaitu; wilayah masyarakat politik dan wilayah masyarakat sipil.