Sejarah arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon dalam perspektif analisis bentuk dan makna

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Shinta, Eka Maya (2023) Sejarah arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon dalam perspektif analisis bentuk dan makna. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Eka Maya Shinta_A72219047.pdf
Download (4MB)

Abstract

Skripsi ini menyimpulkan bahwa yang pertama, Keraton kasepuhan memiliki dua kompleks bangunan bersejarah yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 dengan bukti yang menguatkan terdapat di dalam kitab Purwaka Caruban Nagari atau Negara Kertabumi. Kedua, Perkembangan masa Dalem Agung Pakungwati, bangunan-bangunan yang ada di padepokan Pakungwati mempunyai beberapa kesamaan struktur yaitu pada bagian bawah bangunan menggunakan susunan bata dengan ornamen wedasan di setiap sisinya. Kedua, Secara umum bangunan baru tersebut merupakan tambahan dari bangunan induk meskipun dibangun secara bertahap yaitu Gedong Ijo pada tahun 1875, Kaputren dan Kaputren Pringgowati yang dibangun antara tahun 1916 sampai dengan 1931, dan Museum Alit yang didirikan pada tahun 2007. Namun terlihat serasi karena Arsitekturnya tetap dianggap bangunan Prabayaksa dan bangunan utama. Dalam kompleks Keraton Kacirebonan, keharmonisan gaya arsitektur bangunan lama dan baru terjaga dengan baik, sehingga sangat sulit untuk mengenali perbedaan usia antara bangunan tersebut. Ketiga, Motif juga merupakan simbol volume dan kesuburan. Bentuk awan melambangkan dunia luas yang bebas dan melampaui semua kemampuan manusia. Selain itu, ada sentuhan tasawuf di balik tema utamanya. Penerapan unsur awan pada motif hias Cirebon melengkapi penggambaran kerajaan para dewa. Selain itu, menurut kepercayaan Tionghoa, motif awan yang dipadukan dengan hujan (air) merupakan lambang kesuburan manusia.