Perempuan dalam Al-Qur’an perspektif al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Radella, Sayyidah Balqis (2023) Perempuan dalam Al-Qur’an perspektif al-Qurthubi dalam kitab al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Sayyidah Balqis Radella_E03219033.pdf
Download (2MB)

Abstract

Berbicara mengenai kaum perempuan memang selalu actual, menarik dan tak pernah ada habisnya. Perempuan yang awalnya dihina dan diremehkan, ketika Islam datang akhirnya untuk pertama kalinya menaikkan kehormatan perempuan dan diakui setara dengan laki-laki. Terkait konteks perempuan, tafsir klasik yang menurut mereka (kontemporer) masih memandang perempuan lebih rendah. Imam al-Qurthubi merupakan mufassir klasik yang sangat terbuka terhadap perbedaan pendapat. Beliau tidak berperilaku fanatik, bersikap moderat, dan menjungjung tinggi terhadap menilai ragam pendapat yang berbeda. Dalam penafsiran beliau mengenai ayat-ayat tentang permasalahan perempuan, tidak sepenuhnya terlihat merendahkan perempuan walaupun tetap mengutamakan laki-laki. Oleh karenanya, dalam konteks tersebut penelitian ini penting untuk melihat pemahaman al-Qurthubi terhadap perempuan dari penafsirannya. Penelitian ini fokus mengkaji dua rumusan masalah yaitu pertama, bagaimana konsepsi perempuan dalam al-Qur’an perspektif al-Qurthubi. Kedua, bagaimana implikasi al-Qurthubi tentang ayat perempuan dalam relasinya dengan diskursus gender. Penelitian ini menggunakan kepustakaan (library research) dengan jenis penelitian kualitatif dengan sumber data utamanya dari kitab Al-Ja>mi’ Li Ah}ka>m Al-Qur’an. Dan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dari hasil kajian yang dilakukan terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, dalam penafsirannya, al-Qurthubi masih merepresentasikan kajian pada zamannya dimana dominasi laki-laki itu masih cukup kuat, namun upaya untuk memposisikan perempuan tetap berharga itu ada. Kedua, implikasi dari penafsiran al-Qurthubi mengenai relasinya dengan diskursus gender tersebut turut melanggengkan akan superioritas dominasi laki-laki daripada perempuan. Walaupun tidak sepenuhnya bermaksud merendahkan perempuan, akan tetap turut andil dalam subordinasi terhadap perempuan sehingga berimplikasi tidak memiliki relevansi dengan konteks kekinian.