Weton sebagai penetapan pernikahan di masyarakat Desa Gilang, Babat, Lamongan

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Athaya, Sulthon Al Hakim (2023) Weton sebagai penetapan pernikahan di masyarakat Desa Gilang, Babat, Lamongan. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Athaya Sulthon Al Hakim_A02219008.pdf
Download (2MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Bagaimana sejarah tradisi weton? (2) Mengapa masyarakat Gilang tetap menggunakan tradisi weton dalam penetapan pernikahan? (3) Bagaimana dinamika perkembangan masyarakat Gilang, Babat, Lamongan menyikapi tradisi weton sebagai penetapan pernikahan dari tahun 2000-2023? Penelitian skripsi ini menggunakan metode sejarah yang mengacu pada empat tahap prinsip, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi serta menggunakan teori simbol dari Victor Turner. Dalam hal ini menunjukkan tradisi weton yang dimulai dari asal usulnya bagaimana, cara mempertahankan tradisinya bagaimana, dan apa konsekuensi menggunakan dan tidak menggunakannya. Hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Penanggalan Jawa ini diciptakan oleh Sultan Agung pada tahun 1633 M. Hal ini dibuat karena sebagai wujud penyelarasan budaya Jawa dengan berbagai agama yang dianut oleh masyarakat Jawa. (2) Upaya masyarakat Gilang mempertahankan dan tetap menggunakan tradisi weton dalam penetapan pernikahan, karena menghormati tradisi yang sudah dilakukan oleh orang tua lakukan dahulu dan sudah mendarah daging sebagai orang Jawa. (3) Perkembangan masyarakat Gilang dalam menyikapi Tradisi Weton ini bisa dikatakan stabil dan tidak ada perkembangan secara signifikan karena masyarakat Gilang seiring berjalannya waktu dari tahun 2000-2023 sikap masyarakat tua dan golongan muda masih mendengarkan perkataan orang dahulu dan masih menghormati tradisi ini yang sudah dilakukan sejak lama.