This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Khotimah, Husnul (2023) Paradigma tafsir Egalitarianisme Zaitunah Subhan dalam Tafsir Kebencian. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Husnul Khotimah_E03216016.pdf Download (1MB) |
Abstract
Skripsi ini berbicara tentang paradigma Zaitunah Subhan sebagai seorang feminis Indonesia, yang mencoba untuk menafsirkan ayat-ayat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dengan coraknya yang khas, yakni dengan paradigma egalitarian. Penafsiran tentang posisi, relasi, peran dan status antara laki-laki dan perempuan—secara umum—didominasi oleh penafsiran-penafsiran klasik, yang memaknai bahwa perempuan asal mulanya tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam, dan penafsiran ini kemudian berimplikasi pada terpinggirkannya kaum perempuan menjadi makhluk kelas dua setelah laki-laki. Zaitunah Subhan mencoba untuk men-counter penafsiran tersebut dengan mengajukan paradigma penafsiran yang berbeda, yakni penafsiran yang lebih egaliter dan kontekstual. Penelitian ini berupaya untuk menjawab dua pokok permasalahan; pertama, bagaimana paradigma egalitarianisme Zaitunah Subhan dalam menginterpretasi ayat-ayat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam karyanya “Tafsir Kebencian”? Kedua, bagaimana implikasi paradigma Zaitunah Subhan dalam konteks sosio-religius masyarakat Indonesia dalam menginterpretasikan ayat-ayat kesetaraan? Dalam menjawab dan membedah problem akademik tersebut, penulis menggunakan metode penelitian library research yang bertumpu pada sumber-sumber kepustakaan yang relevan dengan topik utama penelitian. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa, Paradigma Zaitunah Subhan dalam menafsirkan ayat-ayat kesetaraan cenderung mengikuti pola dan orientasi penafsiran mufasir-mufasir kontemporer seperti Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Dalam konteks mufasir Indonesia, Zaitunah Subhan tampak senada dengan penafsiran Hamka, Quraish Shihab dan Mahmud Yunus. Para mufasir kontemporer ini, tidak setuju dengan pemaknaan yang menyatakan bahwa perempuan tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam, tetapi tercipta dari diri yang satu (nafs wahidah). Pemaknaan Zaitunah Subhan yang demikian—berimplikasi pada terbukanya ruang bagi perempuan untuk bisa hidup sederajat dan survive sebagaimana kehidupan kaum laki-laki. Laki-laki dan perempuan pada hakikatnya setara, kecuali ketakwaan kepada Tuhannya dan aspek-aspek kodrati biologis yang ada pada perempuan, itulah yang menjadi perbedaan antara laki-laki dan perempuan, lebih dari hal itu tidak lain hanyalah lekatan-lekatan sosial (stereotip) yang sengaja diciptakan kaum patriarki untuk memarginalkan kaum perempuan.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Demokrasi Islam Gender Al Qur'an |
||||||||
Keywords: | Egalitarianisme; Feminisme; Tafsir Kebencian. | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Husnul Khotimah | ||||||||
Date Deposited: | 25 Oct 2023 13:33 | ||||||||
Last Modified: | 25 Oct 2023 13:33 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/65395 |
Actions (login required)
View Item |