Analisis hukum Islam terhadap pemberian izin poligami karena sudah saling mencintai: studi atas Putusan Nomor 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Safira, Wardah (2023) Analisis hukum Islam terhadap pemberian izin poligami karena sudah saling mencintai: studi atas Putusan Nomor 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Text
Wardah Safira_C01219046 ok.pdf
Download (3MB)

Abstract

Skripsi ini berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Izin Poligami Karena Sudah Saling Mencinta (Studi Atas Putusan Nomor 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas)”. Penelitian ini berdasarkan pada pemberian izin poligami yang kemudian ditinjau menggunakan perspektif hukum Islam. Skripsi ini menjawab pertanyaan yang dituangkan dalam rumusan masalah: bagaimana ratio decidendi pemberian izin poligami dalam putusan perkara nomor 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap ratio decidendi pemberian izin poligami dalam putusan perkara nomor 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan dianalisis dengan pola pikir deduktif dengan menyajikan teori-teori bersifat umum tentang poligami berdasarkan undang-undang yang berlaku, mengkaitkan dengan hal yang bersifat khusus tentang izin poligami di Pengadilan Agama Pasuruan, apakah putusan Hakim tentang pemberian izin poligami tersebut sudah susuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Kompilasi Hukum Islam, kaidah fikih, pandangan empat madzhab, dan pandangan para ahli. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi, yakni putusan Hakim PA Pasuruan No. 0265/Pdt.G/2021/PA.Pas sebagai data primer dan refrensi buku-buku sebagai data sekunder. Penelitian ini menunjukkan beberapa temuan penting. Temuan pertama adalah bahwa pemberian izin poligami didasarkan dengan alasan termohon tidak keberatan dipoligami, pemohon sanggup berlaku adil dan sanggup mencukupi kebutuhannya, calon istri pemohon bukan wanita yang dilarang untuk dinikahi, pemohon dengan calon istrinya sudah saling mencintai, pemohon telah melangsungkan perkawinan sirri. Kedua, dianalisis menggunakan kaidah: “درأالمفاسد مقدم على جلب المصالح” bahwasannya mencegah kemudhorotan lebih prioritas dibanding menarik kemanfaatan. Selaras dengan kesimpulan yang diperoleh maka disarankan: Pertama, diiharapkan keipada para hakiim keitiika meimeiriiksa peirmohonan iiziin poliigamii supaya leibiih teiliitii dalam meimbeiriikan peirtiimbangan hukum seibeilum meingambiil keiputusan, supaya teirciipta keiadiilan bagii para piihak yang beirsangkutan. Dan juga diiharapkan pada hakiim supaya tiidak meingabaiikan syarat alteirnatiif dan komulatiif, kareina peimeinuhan syarat teirseibut harus diijadiikan dasar peirtiimbangan hakiim dalam meimbeiriikan peiriiziinan pologamii. Kedua, bagii masyarakat teirutama keipada seiorang suamii jiika iingiin meilalukan poliigamii harusnya meimeinuhii keiteintuan meingeinaii peirsyaratan-peirsyaratan dalam iiziin poliigamii yang teilah diiatur dalam fikih dan undang-undang yang berlaku supaya peirkawiinan poliigamii yang diilakukan meimiiliikii keikuatan hukum. Dengan demikian, seharusnya putusan hakim tidak hanya didasarkan pada alasan itu saja. Akan tetapi, didasarkan pada pemberian syarat alternatif dan syarat komulatif yang ada. Dan juga diharapkan pada hakim supaya tidak mengabaikan syarat alternatif dan komulatif, karena pemenuhan syarat tersebut harus dijadikan dasar pertimbangan hakim dalam memberikan perizinan poligami.