This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Pratama, Calvin (2023) Hukum membaca al-Qur'an ketika haid menurut Imam al-Nawawi (631 H - 676 H) dan Imam al-Qarafi (626 H – 684 H). Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Calvin Pratama_C05219004 full.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
|
Text
Calvin Pratama_C05219004.pdf Download (2MB) |
Abstract
Skripsi yang berjudul hukum membaca al-Qur’an ketika haid, membuat peredebatan diantara kalangan ulama yang berkaitan dengan peristiwa hokum membaca al-Qur’an ketika haid, kemudian munculah berabagi persoalan jika ada yang mengatakan haram bagi mana dengan seorang wanita yang menghafal alQur’an? Munculah pertanyaan tersebut, kemudian terkait dengan permaslahan tersebut ulama yang dipilih ialah Imam al-Nawawī dan Imam al-Qarāfī. skripsi ini menjawab pertanyaan yang dibagi dalam dua rumusan masalah, bagaimana pendapat Imam al-Nawawī dan Imam al-Qarāfī tentang hukum membaca al-Qur’an ketika haid, dan bagaimana analisis perbandingan fikih tentang hukum membaca al-Qur’an ketika haid. Data penelitian ini dihimpun menggunakan tenik library research. Teknik analisis data menggunakan deskriptif analisis yang selanjutnya disusun secara sistematis, sehingga menjadi data yang konkrit mengenai pendapat Imam alNawawī dan Imam al-Qarāfi tentang hukum membaca al-Qur’an ketika haid. Hasil dari penelitian ini menyimpulan: pertama, Imam al-Nawawī dan Imam al-Qarāfī memiliki pendapat yang saling bertolak belakang. Imam al-Nawawī mengatakan diharamkan bagi orang yang junub dan haid tidak boleh membaca alQur’an, Adapun boleh berdzikir menggunakan al-Qur’an tanpa diniatkan membaca al-Qur’an. Sedangkan pendapat dari Imam al-Qarāfī membolehkan wanita haid membaca al-Qur’an, dengan memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut. Pertama, jika ia seorang wanita sedang dalam proses belajar yang tidak memungkinkan untuk meninggalkan aktivitasnya dalam proses belajar, kedua jika ia sebagai tenaga pengajar contohnya sebagai guru, dosen dan lain sebagainya yang tidak bisa lepas dari interaksinya dengan al-Qur’an, ketiga jika ia sebagai penghafal al-Qur’an dimana ia takut akan hilang hafalannya jika tidak mengulang-ulang hafalannya. Kedua, Perbandingan fikih metode istinbāṭ yang digunakan oleh Imam al-Nawawī dan Imam al-Qarāfī memiliki perbedaan dalam cara beristinbāṭ untuk merumuskan hukum membaca al-Qur’an ketika haid. Imam al-Nawawī menggunakan hadis dari Ibnu ‘Umar yang hadisnya berisi tentang larangan membaca al-Qur’an ketika haid dan junub. Sedangkan Imam al-Qarāfī menggunakan ayat Quran surat al-Wāqi’ah ayat 79 sebagai larangan menyentuh mushaf ketika haid, kemudian hadis yang diriwayatkan oleh ‘Āishah sebagai bentuk kebolehan membaca al-Qur’an ketika haid.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Fikih > Fikih Perbandingan Fikih > Fikih Wanita |
||||||||
Keywords: | Hukum membaca al-Qur'an; haid; Imam al-Nawawi; Imam al-Qarafi | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab | ||||||||
Depositing User: | Calvin Pratama | ||||||||
Date Deposited: | 30 Nov 2023 07:03 | ||||||||
Last Modified: | 30 Nov 2023 07:03 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/66625 |
Actions (login required)
View Item |