This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ningsih, Riza Diah (2023) Kontekstualisasi ayat ‘iddah dan ihdad dalam al Qur’an: telaah surah al Baqarah ayat 234. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Riza Diah Ningsih_E93217091.pdf Download (3MB) |
|
Text
Riza Diah Ningsih_E93217091_Full.pdf Restricted to Repository staff only until 29 May 2027. Download (3MB) |
Abstract
‘Iddah dan ihdad merupakan konsekuensi yang harus dijalani oleh perempuan setelah putus ikatan pernikahannya dengan suami. Terdapat perbedaan antara pelaku ‘iddah dan ihdad yakni ‘iddah berlaku bagi perempuan yang putus ikatan pernikahan akibat perceraian maupun suami meninggal dunia, sedangkan ihdad hanya berlaku bagi perempuan yang putus ikatan pernikahannya akibat suami meninggal dunia. Dalam praktiknya ‘iddah dan ihdad mengharuskan perempuan untuk menghindari segala interaksi sosial dan aktifitas yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki. Akan tetapi hal tersebut justru bertentangan dengan fakta yang terjadi di masa sekarang, yang mana banyak perempuan berkarir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penafsiran surah al-Baqarah ayat 234, bagaimana hikmah ‘iddah dan ihdad, dan bagaimana kontekstualisasi ayat ‘iddah dan ihdad pada era modern. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan penafsiran surah al-Baqarah ayat 234, menganalisis bagaimana hikmah ‘iddah dan ihdad dan mendeskripsikan bagimana kontekstualisasi ayat ‘iddah dan ihdad pada era modern. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan model penelitian deskriptif analisis dan menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) baik yang berupa buku, jurnal ataupun artikel ilmiah lainnya. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa pertama, surah al-Baqarah ayat 234 menjelaskan tentang kewajiban perempuan yang suaminya meninggal dunia untuk ber’iddah dan berihdad selama empat bulan sepuluh hari. kedua, terdapat beberapa hikmah adanya ketentuan ‘iddah dan ihdad akan tetapi yang paling utama adalah untuk mengangungkan dan memuliakan ikatan pernikahan sebagai perjanjian yang kokoh dan sungguh-sungguh. Ketiga, kewajiban ‘iddah dan ihdad jika dikontekstualisasikan kepada perempuan yang berkarir di era modern tetap harus dilaksanakan. Akan tetapi pelaksanaannya perempuan diperbolehkan untuk melakukan interaksi sosial dan beraktifitas di luar rumah serta diperbolehkan untuk berhias diri dengan tujuan yang benar dan dilakukan secukupnya dan sewajarnya.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Fikih > Fikih Wanita Hukum Islam Wanita |
||||||||
Keywords: | Kontekstualisai; ‘Iddah; ihdad | ||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Filsafat > Ilmu Alquran dan Tafsir | ||||||||
Depositing User: | Riza Diah Ningsih | ||||||||
Date Deposited: | 29 May 2024 02:42 | ||||||||
Last Modified: | 29 May 2024 02:42 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/70328 |
Actions (login required)
View Item |