This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ibrahim, M. Asrori (2024) Urgensi sistem proporsional terbuka terbatas dalam penyelenggaraan Pemilu di Indonesia perspektif fiqh siyasah: studi kasus putusan Mahkamah Konstitusi nomor 114/PUU-XX/2022. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
M. Asrori Ibrahim_05040420069 OK.pdf Download (1MB) |
|
Text
M. Asrori Ibrahim_05040420069 Full.pdf Restricted to Repository staff only until 10 June 2027. Download (1MB) |
Abstract
Metode penelitian pada skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yang di dalamnya menggunakan tiga pendekatan, antara lain, case approach, conceptual approach dan statuta approach. Kemudian library research dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan bahan hukum. Dari judul tersebut, maka dimunculkan dua rumusan masalah dalam skripsi ini, sebagai berikut: (1) Bagaiamana urgensi sistem proporsional terbuka terbatas dalam putusan Mahkamah Konstitusi nomor 114/PUU-XX/2022?, (2) Bagaimana perspektif fiqh siyasah tentang urgensi sistem proporsional terbuka terbatas dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia?. Hasil penilitian ini menyimpulkan: pertama, penyelenggaraan pemilihan umum saat ini didasarkan kepada demokrasi yang rapuh yang secara tidak langsung melemahkan peran pemilih serta peran partai politik, sehingga menurunkan kualitas pemilihan umum dan demokrasi di Indonesia. Oleh karenya diperlukan evaluasi dan perbaikan atas sistem penyelenggaraan pemilu saat ini dan solusi yang ditawarkan adalah sistem proporsional terbuka terbatas. Kedua, salah satu esensi penyelengaraan pemilihan umum adalah untuk menghasilkan para wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan. Wakil rakyat dituntut untuk mampu membicarakan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat serta memberikan solusi atas persoalan tersebut, sehingga diperlukan wakil rakyat yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai. Namun pada praktiknya, sistem pemilu yang saat ini digunakan telah menggeser persaingan kontestasi pemilu yang berdasarkan ide, gagasan dan kompetensi menjadi persaingan kontestasi yang berdasarkan popularitas seseorang serta finansial yang besar. Di dalam agama Islam wakil rakyat atau seorang pemimpin yang demikian tidak diperkenankan dijadikan sebagai wakil rakyat atau pemimpin karena tidak memiliki kapasitas serta kompetensi yang memadai.Akhir dalam tulisan ini, penulis memberikan saran kepada pembentuk undang-undang untuk mengkaji ulang terhadap sistem penyelenggaraan pemilu yang diterapkan saat ini yaitu dengan mengevaluasi dan memperbaiki sistem pemilu proporsional terbuka menjadi sistem proporsional terbuka terbatas.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Hukum Hukum > Hukum Tata Negara |
||||||||
Keywords: | Pemilu; Pemilihan umum | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Tata Negara Islam | ||||||||
Depositing User: | M. Asrori Ibrahim | ||||||||
Date Deposited: | 10 Jun 2024 07:52 | ||||||||
Last Modified: | 10 Jun 2024 07:52 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/70515 |
Actions (login required)
View Item |