This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Mufidah, Nikhlatul (2023) Hukum hewan kurban yang terjangkit penyakit mulut dan kuku perspektif Majelis Ulama Indonesia dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Nikhlatul Mufidah_C05219018 full.pdf Restricted to Repository staff only until 24 July 2027. Download (2MB) |
|
Text
Nikhlatul Mufidah_C05219018.pdf Download (714kB) |
Abstract
Penelitian ini membahas tentang hukum berkurban dengan hewan yang terjangkit peyakit mulut dan kuku. Penelitian ini memiliki dua rumusan masalah, yaitu Bagaimana keabsahan hewan kurban yang terjangkit penyakit mulut dan kuku menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama? 2. Bagaimana metode istinbāṭ Majelis Ulama Indonesia dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama menetapkan hukum hewan kurban yang terjangkit penyakit mulut dan kuku?. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library reseach) dengan pendekatan komparatif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan data asli apa adanya yaitu panadangan Majelis Ulama Indonesia dan Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama tentang hukum kurban dengan hewan yang terjangkit penyakit mulut dan kuku. Data tersebut kemudian peneliti analisis untuk ditarik sebuah kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah hewan ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku dengan gejala klinis kategori ringan dapat dijadikan hewan kurban dan hewan ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku dengan gejala klinis kategori berat tidak dapat dijadikan hewan kurban hal ini menurut fatwa MUI Nomor 32 Tahun 2022. Sedangkan menurut Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama hewan ternak yang terjangkit penyakit mulut dan kuku dengan gejala klinis kategori berat maupun ringan tidak dapat dijadikan sebagai hewan kurban. Dalam penetapan hukum tentang penyakit mulut dan kuku Majelis Ulama Indonesia menggunakan metode ta’līli dengan mengandalkan penalaran yang meliputi qiyāsi, istiḥsāni, dan iḥlāqy. Sedangkan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama dalam menentukan hasil putusan tentang hewan kurban yang terjangkit penyakit mulut dan kuku menggunakan metode istinbāṭ manḥāji yang merupakan suatu cara penyelesaian masalah dengan mengikuti jalan pikiran dan kaidah penetapan hukum yang telah disusun oleh imam mazhab. Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis menyarankan bahwa terkait dengan merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku menjelang hari raya Iduladha MUI dan NU tidak hanya berfokus pada masalah terdesak saja tetapi juga memikirkan para peternak dan penjual hewan kurban yang harga hewan melonjak naik membuat para pembeli takut dan juga membahas tentang pembatasan hewan yang diimpor dari negara yang belum bebas penyakit mulut dan kuku.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Aqidah Aqidah Wajib Belajar > Aqidah Fikih Fatwa |
||||||||
Keywords: | Hewan kurban; penyakit mulut dan kuku; Majelis Ulama Indonesia; Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab | ||||||||
Depositing User: | Nikhlatul Mufidah | ||||||||
Date Deposited: | 24 Jul 2024 07:40 | ||||||||
Last Modified: | 24 Jul 2024 07:40 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/72157 |
Actions (login required)
View Item |