This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Ma'wah, Nor Nida Jannatul (2024) Analisis maslahah Imam as Shatibi dan Najmuddin at Tufi dalam tradisi tingkeban di Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Text
Nor Nida Jannatul Ma'wah_05040520063.pdf Download (3MB) |
|
Text
Nor Nida Jannatul Ma'wah_05040520063_Full.pdf Restricted to Repository staff only until 5 September 2027. Download (3MB) |
Abstract
Tingkeban merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Desa Kepatihan, Menganti, Kabupaten Gresik sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. karena bayi dalam kandungan telah menginjak usia tujuh bulan. Tingkeban hanya dilaksanakan pada kehamilan anak pertama saja, karena itu kegiatan ini sangatlah di nantikan bagi yang melaksanakan. Dengan berbagai upacara yang dilaksanakan dalam prosesi tingkeban, yang menjadi persoalan ketika terdapat kegiatan yang tidak relevan dengan nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Konsep maslahat menjadi solusi terbaik ketika tidak ada aturan yang mengatur baik dalam nas Al-Qur’an maupun hadis terhadap tingkeban ini. Penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang dituangkan dalam rumusan masalah: bagaimana kegiatan tingkeban di Desa Kepatihan, Menganti, Kabupaten Gresik dan bagaimana analisisnya dalam perspektif masla}ah Imam As-Shatibi dan Najmuddin At-Tufi. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan metode empiris. Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data primer diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara kepada sumber data yaitu tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga yang mengadakan tingkeban, sementara data sekunder diperoleh dari buku, kitab, jurnal ilmiah, dan media sosial. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan konsep mas}lah}ah Imam As-Shatibi dan Najmuddin At-Tufi. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan: pertama, susunan upacara tingkeban di Desa Kepatihan, Menganti, Kabupaten Gresik yaitu : 1) Slametan 2) Sungkeman 3) Siraman dengan bunga tujuh rupa 4) Memutuskan lilitan janur kuning 5) Membelah kelapa muda 6) Memecah kendi 7) Membuat dawet dan rujak. Kedua, pandangan Imam As-Shatibi dan Najmuddin At-Tufi berbeda terkait letak menjadikan maslahah untuk menentukan hukum. Najmuddin At-Tu>i yang sangat memprioritaskan kemaslahatan sebagai dasar utama dalam pengambilan hukum, sedangkan Imam As-Shatibi> tetap melihat dari nas Al-Qur’an dan hadis. Sejalan dengan kesimpulan di atas, penulis menyarankan pertama, masyarakat Desa Kepatihan yang melaksanakan tradisi tingkeban sebaiknya lebih memperhatikan ajaran agama Islam dan pelaksanaan tingkeban harus berlandaskan agama tidak dianjurkan untuk berlebih-lebihan dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Kedua, Karena dalam kegiatan tersebut mempercayai simbol-simbol guna mewujudkan keinginan dan tujuan. Dalam tradisi tingkeban haruslah mengandung nilai-nilai dari ajaran agama Islam, termasuk yang terdapat dalam kegiatan upacara harus sesuai dengan agama Islam. Jika dalam beberapa kegiatan tersebut bertentangan dengan ajaran agama Islam, maka tidak perlu dilakukan.
Statistic
Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Creators: |
|
||||||||
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | Ijtihad Ulama Adat |
||||||||
Keywords: | Tradisi tingkeban | ||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab | ||||||||
Depositing User: | Nor Nida Jannatul Ma'wah | ||||||||
Date Deposited: | 05 Sep 2024 05:39 | ||||||||
Last Modified: | 05 Sep 2024 05:40 | ||||||||
URI: | http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/73521 |
Actions (login required)
View Item |