Hukum penggunaan inhaler saat puasa menurut pandangan tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Surabaya

This item is published by Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Firmansyah, Tedy (2024) Hukum penggunaan inhaler saat puasa menurut pandangan tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah Kota Surabaya. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

[img] Text
Tedy Firmansyah_05020521037 full.pdf
Restricted to Repository staff only until 8 January 2028.

Download (3MB)
[img] Text
Tedy Firmansyah_05020521037.pdf

Download (3MB)

Abstract

Permasalahan ibadah puasa seringkali menjadi perdebatan pada kalangan ulama. Perkembangan zaman saat ini memicu adanya sesuatu yang baru untuk mengatasi sebuah persoalan, khususnya penyakit asma. Perlu adanya kajian terhadap penggunaan obat ketika puasa, dengan maksud sebagai pedoman bagi penderita asma. Di Indonesia organisasi Islam terbesar adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, tentu dalam persoalan tersebut mempunyai pandangan masing-masing. Dengan memperhatikan latar belakang yang muncul, penelitian ini menilai dua hal sebagai tujuan utama kajian, yakni fokus terhadap pendapat dan metode istinbāṭ hukum masing-masing tokoh. Penelitian ini berjenis kualitatif. Studi ini menggunakan jenis penelitian kuliataf dengan pendekatan lapangan (field research). Teknik pengumpulan data dengan melalui wawancara. Sumber data dari penelitian ini adalah Tokoh Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dengan alasan untuk mengetahui pendapat dan metode istinbāṭ hukum keduanya. Langkah analisis data bersifat deskriptif-komparatif, dengan tujuan mengetahui persamaan dan perbedaan dari kedua tokoh tersebut. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: pertama, dari ketiga Tokoh Nahdlatul Ulama, dua berpendapat penggunaan inhaler pada saat puasa dapat membatalkan puasa, sedangkan sisanya tidak dapat membatalkan. Sebaliknya, kedua tokoh Muhammadiyah menilai penggunaan inhaler pada saat puasa dianggap tidak dapat membatalkan puasa, namun tokoh lainnya berpandangan bahwa dalam penggunannya dapat membatalkan puasa. Kedua, tokoh Nahdlatul Ulama dalam analisisnya menggunakan metode istinbāṭ hukum Qouly yang langsung merujuk pada kitab-kitab fiqh; sedangkan tokoh Muhammadiyah menggunakan metode Burhani dan Bayani yang berfokus terhadap keilmuan dunia kesehatan dengan mencari sebuah solusi bagi pengidap penyakit asma serta mengacu secara langsung pada Al-Qur’an. Sejalan dengan kesimpulan ini, penulis menyarankan: pertama, Pada kedua organisasi baik Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah untuk dapat mengeluarkan fatwa terkait penggunaan inhaler saat berpuasa. Hal ini penting dilakukan sebagai bentuk menjawab persoalan yang muncul ditengah masyarakat serta sebagai pedoman bagi penderita asma khususnya saat ibadah puasa. Kedua, diharapkan kepada pengidap asma agar lebih berhati-hati dalam penggunaan inhaler, dikhawatikan dapat menggangu aktifitas beribadah puasa.

Statistic

Downloads from over the past year. Other digital versions may also be available to download e.g. from the publisher's website.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Creators:
CreatorsEmailNIM
Firmansyah, Tedytedyfirmansyah2603@gmail.com05020521037
Contributors:
ContributionNameEmailNIDN
Thesis advisorMustofa, Imronimron_mustofa@uinsa.ac.id2119108701
Subjects: Ahlusunnah Waljama'ah
Ijtihad
Perbandingan Madzhab
Keywords: Hukum; penggunaan inhaler; puasa; tokoh Nahdlatul Ulama; Muhammadiyah
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Madzhab
Depositing User: Tedy Firmansyah
Date Deposited: 08 Jan 2025 05:00
Last Modified: 08 Jan 2025 05:00
URI: http://digilib.uinsa.ac.id/id/eprint/75220

Actions (login required)

View Item View Item